TEMPO Interaktif, Tripoli - Muhammad, putra sulung dari delapan anak pemimpin Libya Muammar Qadhafi, sempat berbicara melalui telepon seluler dengan wartawan stasiun televisi berita Al Jazeera sebelum ditangkap pemberontak Ahad malam, 21 Agustus 2011.
Saat pembicaraan dimulai, baku tembak terjadi antara pengawalnya dan pemberontak di luar rumah Muhammad di ibu kota Tripoli. Ia menambahkan pemberontak sudah mengepung kediamannya. “Mereka mengatakan akan menjamin keamanan saya,” katanya.
Ia lantas keluar untuk menyaksikan apa yang terjadi. “Saya sedang berdiri di luar rumah saya, saya sedang diserang sekarang,” kata Muhammad dengan terburu-buru. “Ada baku tembak dalam rumah saya. Mereka dalam rumah. Selamat tinggal, selamat tinggal, selamat tinggal.” Percakapan itu pun terhenti.
Lalu, muncul pengumuman dari pemimpin pemberontak Mustafa Abdul Jalil bahwa Muhammad Qadhafi sudah ditangkap. “Ia kini di tempat yang aman dengan pengamanan ketat hingga diserahkan ke aparat hukum,” ujarnya.
Dua adiknya, Syaiful Islam dan Saadi, juga ditangkap di vila keluarga di sebelah barat Tripoli. Dari ketiga putra Qadhafi yang sudah ditahan, hanya Syaiful Islam dan Saadi yang terancam diadili oleh Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC).
Bersama kakak ipar Qadhafi, mereka dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan karena berupaya memberangus unjuk rasa damai saat revolusi baru bergulir Februari lalu. ICC sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi ketiganya Juni lalu.
Meski Tripoli sudah dikuasai pemberontak, tetapi hingga kini nasib Muammar Qadhafi belum diketahui. Selentingan yang beredar ia bersembunyi di bunkernya di luar Tripoli, bisa jadi di Al-Bayda. Ada pula yang menyebutkan ia sudah lari meninggalkan negaranya.
DAILY MAIL/FAISAL ASSEGAF