TEMPO Interaktif, Sanaa - Senin, 30 Mei 2011, enam tentara Yaman terbunuh dalam baku tembak di dekat Zinjibar, kota di pesisir Teluk Aden yang sejak Ahad lalu dikuasai kelompok militan Al-Qaidah. "Warga menemukan sebuah mobil militer dan sebuah kendaraan lapis baja. Keduanya rusak berat, dan enam mayat tentara tergeletak di sisi jalan," ujar Ayman Mohamed Nasser, Pemimpin Redaksi Harian Attariq, koran oposisi di kawasan Aden.
Saksi mata menyatakan militer berupaya merebut kembali kota terbesar keduanya itu melalui darat dan udara. Pesawat-pesawat tempur pemerintah menjatuhkan bom di beberapa lokasi. Artileri juga ditembakkan. Namun, kelompok militan belum dapat dihalau.
Baca Juga:
Kelompok militan bahkan makin mencengkeramkan kekuasaannya atas kota di selatan Yaman itu. Mereka mengambil alih bank, kantor-kantor pemerintah, dan markas polisi serta mengklaim telah "membebaskan" kota itu dari "agen-agen Amerika".
Beberapa hari sebelumnya, kelompok yang sama merebut kota kecil dekat Zinjibar, Jaar.
Selama ini Yaman menjadi rumah yang nyaman bagi militan Al-Qaidah. Jatuhnya Jaar dan Zinjibar memicu kecemasan Barat bahwa Al-Qaidah dan simpatisannya berhasil memanfaatkan kekacauan pemerintahan Yaman untuk meluaskan penguasaan di kawasan tersebut.
Para pemimpin oposisi menyalahkan Presiden Ali Abdullah Saleh atas pendudukan kota itu oleh Al-Qaidah. Saleh dituding melakukan pembiaran untuk melanggengkan jabatannya sebagai presiden.
Saleh memang masih ngotot tetap menjabat di tengah desakan mundur yang makin keras dari lawan-lawannya. Kekacauan tersebut membuat negeri itu di ambang keruntuhan ekonomi, yang dikhawatirkan akan mengancam kawasan Timur Tengah yang kaya minyak dan Arab Saudi.
Di Taiz, bentrokan antara kelompok antipemerintah dan tentara dilaporkan menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai ratusan lainnya. Sumber-sumber di rumah sakit setempat mengatakan angka korban bisa bertambah. "Kebanyakan para korban tertembak peluru tajam," ujar seorang sumber medis.
Pasukan keamanan juga menangkap lusinan pendemo yang berpawai menuntut diakhirinya kekuasaan Saleh, yang sudah berlangsung 33 tahun. "Aparat keamanan mengejar anak-anak muda," ujar Boshra al-Maqtari, seorang aktivis proreformasi.
NEW YORK TIMES | AP | REUTERS | DWI ARJANTO