Cathay Pacific mengatakan Airbus A330-300 tujuan Jakarta dengan 136 penumpang kembali mendarat di Singapura "tanpa insiden" sekitar pukul 02.00. Menurut Cathay Pacific, kru mematikan mesin setelah menerima peringatan.
Juru foto Reuters Beawiharta berada di dalam pesawat tersebut bersama istri dan dua putra dan putrinya. Setelah 20 menit terbang, terdengar bunyi ledakan keras dua kali, sehingga kru pesawat bergegas menahan makanan saat mereka baru melayani penumpang.
Menurut Beawiharta, pesawat itu mulai bergetar, lalu lampu mati. Ia bisa mencium bau sesuatu terbakar.
Anak Beawiharta, Pradipta, 15 tahun, mengaku tidak bisa melihat apa pun saat ia menengok ke luar jendela. "Tapi, saya memintanya untuk memakai tangannya agar bisa melihat lebih jelas lagi," ujar Beawiharta. "Ia berteriak: 'Saya lihat api! Saya lihat api!.'"
"Karena panik, ia lalu bertanya, 'Apakah kami akan mati? Apakah kami akan mati?' Saya memegang tangannya dan mengatakan kepadanya: 'Tidak. Kami akan tetap hidup'," ujar Beawiharta.
"Di belakang kami, para penumpang berdoa: 'Tuhan, selamatkan pesawat kami! Lindungi kami!'"
Doa tersebut makin keras diselingi tangisan panik.
"Seorang pramugari mengatakan kepada kami satu mesin terbakar dan kami akan kembali ke Singapura. Dengan mendekat ke jendela, anak saya bisa melihat cahaya, laut, dan pesawat-pesawat lalu cahaya di daratan. Kami semua mengambil pelampung di bawah kursi kami, tapi pesawatnya mendarat dengan mulus," kata Beawiharta.
"Dalam waktu lima menit, ketika para petugas pemadam kebakaran menyiram mesin yang rusak, kami berjalan ke luar pesawat menuju terminal," lanjutnya.
Di ruang tunggu, pilot menyapa penumpang yang berkumpul.
"Hal terbaik yang bisa kami minta dari penumpang adalah tetap tenang... dan kalian melakukannya," ujar pilot. "Dan karena itu, kami berterima kasih kepada kalian."
REUTERS| KODRAT