Presiden Juan Manuel Santos, bekas menteri pertahanan yang memenangkan perebutan kursi presiden Agustus, mengatakan keberhasilan tersebut merupakan kemenangan politik dan militer atas perlawanan gerilyawan militer garis keras sehingga dapat mengurangi korban kekerasan.
Angkatan bersenjata revolusioner Kolombia alias FARC merupakan ancaman terbesar negara setelah negeri itu mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat selama delapan tahun untuk menumpas para pemberontak yang menguasai hutan dan pegunungan di Kolombia.
Diakui oleh pemerintah, tewasnya Mono Jojoy, bos militer FARC, yang juga dikenal sebagai Jorge Suarez Briceno, tak berarti perang panjang bakal berakhir namun kematiannya setidaknya dapat mengurangi semangat tempur gerilyawan FARC.
"Simbol terorisme di Kolombia telah tumbang," kata Santos di New York saat menghadiri Sidang Umum PBB.
Jojoy, 59 tahun, jelas sumber dari angkatan darat, tewas dalam serangan udara dan darat yang dilakukan pasukan keamanan dengan mengerahkan 30 jet tempur serta 25 helikopter serbu. Selain dia, lanjutnya, dalam operasi di kawasan Macarena 20 gerilyawan hilang nyawa serta salah satu daerah yang dikuasai FARC diambil alih pasukan keamanan.
Menurut keterangan menteri pertahanan Kolombia kepada wartawan, ketika terjadi serangan pemimpin gerilyawan tersebut bersembunyi di dalam terowongan kamp berikut bunker yang dapat melindunginya dari serangan udara.
Jojoy dikenal dengan ciri khasnya, mengenakan baret hitam dan berkumis tebal. Dia adalah anggota sekretariat FARC ketujuh sekaligus ahli strategi militer. Posisinya hanya bisa dikalahkan oleh Alfonso Cano, pemimpin FARC lainnya.
Sementara itu, pendiri FARC, Manuel Marulanda, tewas pada 2008 sedangkan komandan senior lainnya terbunuh tahun lalu. FARC memiliki 17 ribu pasukan militer yang hidup dari perdagangan obat bius.
Kematian Jojoy disambut gembira oleh Amerika Serikat. Juru bicara Gedung Putih menyebut kematiannya merupakan "sebuah kemenangan penting bagi Kolombia." Oleh sebab itu, Presiden Barack Obama merasa perlu membicarakannya dengan Presiden Santos ketika kedua pemipin itu bertemu di New York.
REUTERS | CHOIRUL