Pemimpin Kaus Merah menyetujui lima poin yang disampaikan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, termasuk pemilu dipercepat menjadi 14 November. Namun mereka baru betul-betul akan mengakhiri aksi massa setelah Abhisit mengumumkan jadwal pembubaran parlemen.
"Kami ingin pemerintah menyampaikan kejelasan dan resolusi pasti mengenai pembubaran parlemen," kata salah seorang pemimpin Kaus Merah Natthawut Saikua.
Ia menginginkan resolusi itu diumumkan secara resmi dan disetujui seluruh koalisi pendukung pemerintah. "Lima kesepakatan itu sudah final, kini tinggal kesepakatan akhir soal pembubaran parlemen." Sebelum pengumuman pembubaran, kelompok Kaus Merah belum akan meninggalkan Ratchaprasong, pusat konsentrasi demonstran.
Abhisit menawarkan pemilu 14 November itu dalam pidato di televisi yang disiarkan secara langsung, Minggu lalu. Dalam pidato ini dia mengatakan pemilihan itu harus memenuhi beberapa kondisi dalam "peta jalan" rekonsiliasi yang dia tawarkan.
Rencana itu termasuk menghormati kerajaan, melakukan reformasi untuk mengatasi ketimpangan sosial, reformasi untuk menciptakan media yang tak berpihak dan membentuk komite independen untuk menyelidiki bentrokan fatal baru-baru ini dan mengadakan pembahasan mengenai perlunya reformasi konstitusi.
Massa Kaus Merah mengadakan unjuk rasa di Bangkok sejak 14 Maret, melumpuhkan sebagian ibukota Thailand. Mereka membanjiri ibukota, mulai dari distrik perbelanjaan sampai ke arah kawasan distrik bisnis di Bangkok Selatan.
Mereka menuduh pemerintah Abhisit tidak sah dan menuntut agar pemilu baru dilaksanakan dalam waktu tiga bulan.
Konfrontasi yang diwarnai kekerasan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan sejak tanggal 14 Maret sudah menelan korban jiwa 27 orang dan mencederai sekitar seribu orang.
Bangkok Post | CNN | YR