TEMPO Interaktif, Washington - Lembaga Penyelidik Federal Amerika, menutup kasus dan mengumumkan secara resmi temuannya terhadap hasil perburuan terhadap pelaku pengirim virus anthrax tahun 2001, Jumat (19/2) waktu setempat. Mereka mnyimpulkan, seorang ilmuwan bertanggung jawab atas pembunuhan yang mengerikan terhadap lima warga Amerika itu.
Setelah bertahun-tahun tidak ada penangkapan, FBI dan Departemen Kehakiman menyatakan bahwa pelaku tersebut adalah Dr Bruce Ivins, peneliti pemerintah, yang bertindak sendirian dan tidak terkait dengan jaringan terorisme.
Ivins bunuh diri pada tahun 2008 saat jaksa telah siap mendakwanya atas serangan itu. Dia sempat menyangkal keterlibatannya. Keluarganya dan beberapa temannya juga terus bersikeras bahwa dia tidak bersalah.
Peneliti sebelumnya sempat mencurigai ahli biowarfare Steven Hatfill, yang telah bekerja selama beberapa waktu di laboratorium militer yang sama seperti Ivins. Tetapi akhirnya penyelidik berpaling dari dugaan itu dan harus membayar mahal kepada Hatfill sbagai ganti rugi dari FBI karena gugatan Hatfill dimenangkan pengadilan.
Banyak rincian kasus sudah diungkapkan, tetapi dokumen-dokumen FBI baru merilis lebih lengkap bahwa Ivins adalah dokter bermasalah. Kasus anthrax ini adalah penyidikan yang terbesar di Amerika.
Serangan anthrax di AS tahun 2001 merenggut lima nyawa dan 17 orang sempat terinfeksi. Metode serangan dilakukan lewat kiriman pos yang mengandung bakteri anthrax. Kiriman tersebut ditujukan pada sejumlah jurnalis dan politisi terkemuka di tahun 2001.
Kejadian itu hanya berselang beberapa hari dari serangan teroris 11 September di AS, sehingga efeknya mengguncang AS yang masih trauma akibat tragedi WTC itu.
Dr Bruce Ivins sendiri adalah mantan peneliti pertahanan biokimia di Institut Penelitian Penyakit Menular milik angkatan bersenjata AS. Para penyidik menyatakan bahwa investigasi mulai difokuskan pada Ivins di tahun 2007 setelah munculnya petunjuk dari metode forensik ilmiah baru yang menghubungkan serangan anthrax itu padanya.
Juru Bicara Departemen Kehakiman Dean Boyd, menjelaskan, "Satuan tugas terus menyelidiki dan menelusuri ribuan email dari sepuluh tahun lalu." Para penyidik juga melihat bukti-bukti yang muncul setelah kematian Ivins, dan juga harus memastikan bahwa bahan-bahan tersebut boleh dipublikasikan.
Dalam penutupan kasus, para pejabat juga merilis bertumpuk-tumpuk bukti, dan ringkasan 92 halaman temuan mereka.
AP | HAYATI MAULANA NUR