Zhang sudah mengakui membunuh pada September 2008. Ia dibayar tetangganya 1.000 yuan (Rp 1,3 juta) oleh tetangganya, petani bernama Zhang Huping. Tetangganya minta Li dibunuh karena bertahun-tahun merasa diteror.
Tetangga itu beberapa tahun silam memimpin kelompok petani datang ke pejabat provinsi. Mereka mengadukan tindakan Li yang menyita tanah 11 hektare tanpa izin dan kompensasi pada 2003. Pejabat provinsi tidak peduli dengan laporan itu. Lebih sialnya lagi, hal ini membuat Li marah dan beberapa kali menangkap si tetangga pembunuh itu.
Li Shiming bisa berkuasa dan korup, tanpa terawasi, karena sistem pemerintahan yang dijalankan Cina. Sistem ini didominasi satu partai, Partai Komunis, dan sistem pengadilan yang menekan orang yang tidak sepakat. Pemimpin lokal pun bisa menyalahgunakan kekuasaan tanpa ada yang mengawasi.
Akibatnya si tetangga meminta Zhang membunuh Li. Pembunuhan ini membuat simpati warga desa. Pengadilan semula dijadwalkan pada Agustus silam, tapi ditunda mulai November karena ribuan orang datang ke pengadilan, memberi dukungan bagi Zhang.
Bagi warga, Zhang melakukan sesuatu yang mereka sudah lama inginkan. Ia membunuh Li Shiming, pejabat korup yang senang menyita tanah, memeras, dan menteror warga selama bertahun-tahun.
"Saya ingin membunuh Li dengan tangan saya sendiri, tapi saya terlalu lemah," kata Xin Xiaomei, warga desa. Ia mengatakan suaminya bertahun-tahun dilecehkan Li Shiming. "Saya tidak kaget saat mendengar Li Shiming dibunuh karena sudah lama sekali orang ingin ia dibunuh."
Warga lain, Zhang Weixing, mengatakan Li menyita tanahnya seluas 1 hektare dan membangun rumah di atasnya. Tidak hanya itu, Li membayari preman memukuli dirinya, istrinya, dan anaknya saat mereka mencoba menghentikan proyek pembangunan rumah.
"Saat kami mendengar Li Shiming mati, kami merasa bahagia karena ia banyak melakukan kejahatan dan membuat kami, warga desa, menderita," kata Wang Weixing, yang meski namanya sama dengan pembunuh bayaran itu, tapi tidak terkait keluarga.
AP/NK