Kendati mendapatkan sokongan kuat dari Amerika Serikat dan Saudi Arabia, Hariri yang memenangkan pemilu Juni lalu, tak bisa membentuk pemerintahan. Sehingga selama empat bulan Lebanon praktis berdiri tanpa pemerintahan.
Hizbullah dan sekutunya dianggap penentang kuat dalam pemerintahan Hariri. Oleh sebab itu dia perlu mengakomodir dan bagi-bagi kekuasaan terhadap kelompok oposisi (Hizbullah) dan koalisi.
"Kini telah lahir pemerintahan nasional berdasarkan kesepakatan," ujar Hariri kepada wartawan usai bertemu dengan Presiden Michel Sulaiman di Istana Presiden di Baada, Beirut.
"Kami telah sampai di lembaran baru dan tidak ingin kembali ke lembaran lama. Itu sebabnya kami akan bekerja keras membuka lembaran baru," lanjutnya.
Selain Amerika dan Saudi Arabia, Perancis melalui Menteri Luar Negeri Bernard Kouchner menyambut baik kebijakan negeri bekas jajahannya itu. Hariri dianggap dapat mempersatukan negerinya yang tercabik-cabik.
"Saya yakin, formasi pemerintahan baru Lebanon dapat memecahkan masalah keamanan dan stabiltas negara," kata Kouchner.
Dukungan internasional juga diperoleh Hariri dari Sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon. Dia berharap Lebanon dapat mengimplementasikan resolusi Dewan Keamanan 1701.
"Sekretaris Jenderal berharap para pemimpin politik di Lebanon melanjutkan pemerintahan berdasarkan semangat persatuan, dialog dan kerjasama," ujar juru bicara Ban Ki-moon.
Pemerintahan Hariri terdiri 30 menteri termasuk di antara 15 menteri hasil koalisi, 10 menteri dari oposisi, dua menteri Hzbullah, dan lima menteri kunci dan potofolio yang dipilih oleh Presiden Sulaiman.
REUTERS | CHOIRUL