TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus telah mendarat di ibu kota Papua Nugini, Port Moresby, pada Jumat, 6 September 2024. Ini adalah perhentian kedua dari tur maraton 12 hari ke kawasan Asia-Pasifik.
Ini adalah kunjungan kepausan yang ketiga ke negara berpenduduk 12 juta orang itu. Sebagian besar penduduk Papua Nugini beragama Kristen.
Paus Fransiskus turun dari pesawatnya dan diterima oleh barisan kehormatan militer dan band yang memainkan lagu kebangsaan Vatikan. Dia terbang dari Jakarta dengan menggunakan pesawat carter Garuda Indonesia. Di Indonesia, ia menyampaikan pesan persatuan agama di negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia.
Pria berusia 87 tahun itu tampak bugar dan tersenyum selama kunjungan tiga harinya meskipun jadwalnya padat dan cuaca panas. Ia telah memimpin misa di Jakarta pada hari Kamis yang dihadiri lebih dari 80.000 orang di sebuah stadion Gelora Bung Karno di Senayan.
Paus Fransiskus juga menandatangani deklarasi di ibu kota Indonesia bersama imam besar masjid terbesar di Asia Tenggara yang menyerukan tindakan melawan kekerasan yang terinspirasi agama dan perubahan iklim.
Ia akan tinggal hingga hari Senin di Papua Nugini, negara multietnis di Pasifik yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, sebagian besar Protestan. Bekas koloni Australia berpenduduk 12 juta jiwa ini, yang dikunjungi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1984 dan 1995, kerap dilanda kekerasan suku dan menyaksikan kerusuhan mematikan pada bulan Januari menyusul protes antipemerintah terhadap pemotongan upah.
Fransiskus juga dapat memperbarui seruannya untuk perlindungan lingkungan yang lebih besar di negara yang telah mencatat penggundulan hutan yang luas dalam beberapa dekade terakhir dan telah dilanda bencana alam.
Ia diperkirakan akan fokus pada penyebaran agama Kristen melalui penginjilan dalam perjalanan satu hari ke Vanimo, sebuah kota di barat laut Papua Nugini yang berpenduduk 10.000 orang.
Pada hari Senin ia akan melakukan perjalanan ke Timor Leste dan kemudian Singapura. Setelah itu ia akan menyelesaikan perjalanan terpanjang dan terjauh dari 11 tahun kepausannya.
FRANCE 24
Pilihan editor: Jika Trump Jadi Presiden, Ini Jabatan untuk Elon Musk