TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, pada hari Kamis mengkritik keras tindakan militer Israel baru-baru ini di Tepi Barat yang diduduki, menuduh negara itu melakukan kejahatan perang tanpa hukuman, demikian dikabarkan Anadolu Agency.
Komentar Corbyn muncul saat Israel melakukan agresi militer terbesarnya di Wilayah Pendudukan sejak 2002, sebuah langkah yang telah memicu keprihatinan dan perdebatan internasional.
Dalam sebuah pernyataan di X, Corbyn menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas kekerasan yang sedang berlangsung, dan membingkainya sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas dan sistematis untuk menghapus kehadiran Palestina di wilayah tersebut.
"Israel tahu bahwa mereka dapat melakukan kejahatan perang dengan impunitas. Itulah sebabnya Israel melancarkan serangan terbesarnya ke Tepi Barat sejak 2002," ujar Corbyn.
Ia juga mengkritik pemerintah Inggris, menuduhnya "terlibat secara memalukan" dalam konflik tersebut dengan terus memasok senjata ke Israel.
"Kita sedang menyaksikan penghancuran total terhadap Palestina - dan pemerintah kita secara memalukan terlibat di dalamnya. Akhiri semua penjualan senjata ke Israel, sekarang juga," tambahnya.
Pada Rabu, 28 Agustus 2024, tentara Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Tepi Barat bagian utara, yang merupakan operasi militer terbesar dalam dua dekade terakhir, menewaskan 17 orang Palestina, menurut kantor berita resmi Palestina, Wafa.
Israel telah melanjutkan serangan brutalnya ke Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Agresi Israel yang gencar tersebut telah mengakibatkan lebih dari 40.600 kematian warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 93.800 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, membuat sebagian besar wilayah itu hancur.
Corbyn, 75 tahun, tahun ini terpilih kembali sebagai anggota parlemen dari jalur independen setelah menggusur kandidat dari Partai Buruh, partai yang pernah dipimpinnya dengan kemenangan besar.
Ia mengatakan bahwa mereka yang memilihnya "mencari pemerintahan yang di panggung dunia akan mencari perdamaian, bukan perang, dan tidak membiarkan kondisi yang mengerikan di Gaza saat ini".
Mantan pemimpin Partai Buruh, yang dilarang mencalonkan diri sebagai pemimpin partai karena tanggapannya terhadap antisemitisme internal sebagai pemimpin antara 2015 dan 2020, menjadikannya sebagai pilar utama kampanyenya untuk menentang perang Israel di Gaza dan menyerukan agar Inggris mengakui negara Palestina.
MIDDLE EAST MONITOR | AL JAZEERA | POLITICO
Pilihan Editor: Siapa Abu Shujaa, Komandan Brigade Al Quds, Warga Tepi Barat Paling Diburu Israel?