TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akan memanfaatkan gelaran Indonesia Afrika Forum (IAF) ke-2 yang digelar di Bali pada September 2024 sebagai momentum menggali peluang kerja sama dengan negara-negara Afrika guna mengamankan pasokan energi tanah air. Litta Indriya Ariesca VP Business Development International Market PT Pertamina (Persero) saat konferensi pers yang disaksikan secara daring, Kamis, 29 Agustus 2024, meyakinkan pihaknya sangat membuka kesempatan bekerja sama dengan negara-negara di Afrika, kepentingan negara-negara Afrika bagi Pertamina adalah dalam upaya Pertamina mengamankan energi bagi Indonesia.
Pertamina telah melakukan ekspansi secara global ke Afrika sejak 2013. Di sektor hulu dan gas, Pertamina telah memiliki jejak di Aljazair, Gabon, Nigeria, Angola, Namibia, Tanzania.
Total total produksi mencapai sekitar 78,2 juta barel barel minyak per hari (MBOEPD) atau 34,1 juta barel minyak per hari dan gas sekitar 255,4 juta kaki kubik (MMcf) per hari. Minyak mentah di Afrika, lanjutnya, termasuk di antara yang cocok dengan kilang Pertamina
“Dalam IAF ini kami akan memamerkan beberapa produk atau jasa Pertamina yang dapat dikerjasamakan di negara-negara Afrika dan tentu kami masih mengembangkan sayap terutama untuk hulu di mana untuk mengembangkan energi nasional tadi,” ucapnya.
Pertamina, lanjutnya, akan memperkenalkan sejumlah anak usaha seperti Pertamina Internasional EP, Pertamina Internasional Shipping dan Pertamina Geothermal Energy yang dapat membantu perkembangan geothermal di Afrika terutama di Kenya. Lebih lanjut Litta menjelaskan Afrika akan menjadi sangat potensial pada 2063 dengan Agenda Pembangunan Arika 2063 dan Pertamina siap bekerja sama berdasarkan peluang yang ada di Afrika untuk meningkatkan apa yang kedua negara demi memacu pertumbuhan di Indonesia dan Afrika.
Senada, President Director & CEO, PT ESSA Industries Indonesia, Kanishk Laroya mengatakan perusahaannya yang bergerak di bidang energi dan kimia melalui kilang LPG dan pabrik Amoniak itu, melihat industri potensial di bidang pupuk di Tanzania. Lalu sejak pihaknya berkunjung pada Agustus 2013 ke Tanzania,negara tersebut mempunyai peluang yang bisa dikembangkan. Namun, ia mengaku masih dibutuhkan banyak waktu dan kajian dari pihak kementerian terkait di Tanzania.
“Tapi yang kami lihat di Tanzania sangat welcoming. Justru Indonesia dan Tanzania memiliki sejarah yang sangat spesial di mana presiden Tanzania dan Bung Karno sangat dekat sebelumnya dan Tanzania juga merasa budaya kita Indonesia sangat mirip dengan budaya mereka,” tuturnya.
Oleh karena itu, Kanishk berharap penyelenggaraan IAF dapat menjadi momentum bagi perusahaan asal tanah air dan beberapa negara di Afrika untuk lebih mudah memasuki pasar masing-masing dengan landasan bisnis dan hukum yang lebih konkrit.
IAF 2024 akan diselenggarakan di Bali pada 1-3 September 2024 dengan menargetkan kehadiran 28 kepala negara serta sekitar 800 peserta yang mewakili pemerintah, organisasi internasional dan regional, dan pengusaha dari Indonesia dan Afrika.
Pilihan editor: PDIP Menjelang Pilkada 2024: Risma Maju hingga Prioritas Kader
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini