Petugas penegak hukum tidak melihat Crooks di atap dengan senapan AR-15 miliknya sampai “beberapa detik” sebelum dia melepaskan tembakan, kata Wray. Ia mencatat bahwa garis waktu dapat berubah seiring dengan berkembangnya pemahaman penyelidik tentang fakta-fakta yang ada.
“Semuanya terjadi dalam hitungan detik,” kata Wray. Dia mengatakan bahwa senapan itu memiliki popor yang dapat dilipat, sehingga dapat menjelaskan mengapa “orang-orang tidak mudah mengamatinya”.
Pihak berwenang kemudian menemukan di mobil dan rumah Crooks alat peledak mentah, yang dirancang untuk diledakkan dari jarak jauh. Crooks membawa pemancar, Wray menambahkan, namun FBI yakin dia tidak akan berhasil jika tadinya mencoba meledakkan bom tersebut.
Motif penembakan Crooks masih belum jelas. Wray mengatakan banyak orang menggambarkan Crooks sebagai seorang penyendiri, dan ditemukan bahwa ia tidak memiliki banyak orang dalam daftar kontaknya.
Ketua Komite Kehakiman DPR Jim Jordan menyambut baik kesediaan Wray untuk berbagi rincian penyelidikan FBI atas penembakan tersebut.
Namun, Jordan mengungkap adanya skeptisisme terhadap FBI di kalangan beberapa anggota Partai Republik, yang marah atas penangkapan para pendukung Trump yang menyerbu gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021. Saat itu, Kongres sedang mengesahkan kemenangan Presiden Joe Biden pada pemilu presiden 2020.
“Saya yakin Anda memahami bahwa sebagian besar negara ini memiliki skeptisisme yang sehat mengenai kemampuan FBI untuk melakukan penyelidikan yang adil, jujur, terbuka dan transparan,” kata Jordan.
REUTERS
Pilihan editor: Daftar 10 Negara dengan IQ Terendah dan Tertinggi di Dunia