TEMPO.CO, Jakarta - Joe Biden, kandidat presiden petahana dari Partai Demokrat, resmi mengundurkan diri dari pencalonannya sebagai Presiden Amerika Serikat. Penampilan Joe Biden yang kurang memuaskan dalam debat pada 27 Juni melawan Donald Trump, kandidat dari Partai Republik, memicu rekan-rekan Demokratnya untuk mendesaknya agar mundur.
Selama debat, Biden dianggap sering salah menyebut data dan kesulitan mengungkapkan pemikirannya dengan jelas. Biden juga tidak terlihat di depan umum sejak dinyatakan positif COVID-19 minggu lalu. Melalui platform media sosial X, Biden menulis surat pengunduran diri yang ditujukan kepada rakyat Amerika.
"Meskipun saya telah berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin bahwa demi kepentingan terbaik partai saya dan negara, saya harus mengundurkan diri dan hanya fokus pada pemenuhan tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya," tulis Joe Biden di akun @JoeBiden pada Minggu, 21 Juli 2024.
Biden, yang berusia 81 tahun, juga mengatakan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi demi kepentingan terbaik partainya dan negaranya. Ia pun berkomitmen untuk menyelesaikan masa tugasnya sebagai Presiden AS hingga Januari 2025.
“Rekan-rekan Demokrat, saya telah memutuskan untuk tidak menerima nominasi tersebut dan memfokuskan seluruh energi saya pada tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya,” ungkapnya.
Sebagai gantinya, ia mengusung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon presiden baru dari partainya untuk melawan Trump dalam pemilihan November mendatang. Langkah Biden ini langsung mengubah dinamika persaingan menuju Gedung Putih, yang telah mengalami banyak guncangan dalam beberapa bulan terakhir.
“Keputusan pertama saya sebagai calon partai pada tahun 2020 adalah memilih Kamala Harris sebagai wakil presiden saya. Dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat. Hari ini saya ingin memberikan dukungan dan sokongan penuh saya agar Kamala menjadi calon dari partai kita tahun ini,” kata Biden. “Demokrat – inilah waktunya untuk bersatu dan mengalahkan Trump. Mari kita lakukan.”