TEMPO.CO, Jakarta - Arafah dan Rafah adalah dua daerah yang sering kali membingungkan karena namanya yang mirip. Namun, keduanya memiliki perbedaan yang sangat signifikan baik dari segi geografis, budaya, maupun konteks sejarah dan politik.
Arafah adalah sebuah dataran luas yang terletak sekitar 20 kilometer di sebelah timur kota Mekah, Arab Saudi. Wilayah ini dikelilingi oleh bukit-bukit dan memiliki sebuah bukit terkenal yang disebut Jabal Rahmah atau Bukit Rahmah. Arafah menjadi pusat perhatian dunia Muslim setiap tahunnya selama pelaksanaan ibadah haji.
Melansir dari jurnal Haji Budaya dan Budaya Haji, Arafah memiliki signifikansi religius yang sangat tinggi dalam agama Islam. Puncak dari ibadah haji, yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam, terjadi di sini. Pada tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah haji berkumpul di Arafah untuk melaksanakan wukuf. Wukuf di Arafah adalah ritual di mana para jamaah berdoa, berzikir, dan memohon ampunan kepada Allah dari siang hingga terbenamnya matahari. Momen ini dianggap sebagai waktu yang sangat mustajab untuk berdoa.
Salah satu peristiwa bersejarah yang penting yang terjadi di Arafah adalah Khutbah Wada' (Khutbah Perpisahan) yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW pada haji terakhirnya pada tahun 632 Masehi. Dalam khutbah ini, Nabi Muhammad memberikan banyak nasihat penting kepada umat Islam, termasuk pesan tentang persamaan hak, keadilan, dan pentingnya berpegang teguh pada ajaran Islam.
Jabal Rahmah, yang terletak di Arafah, dipercaya sebagai tempat pertemuan antara Nabi Adam dan Hawa setelah mereka diturunkan dari surga. Bukit ini menjadi salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh para jamaah haji dan dianggap memiliki nilai historis dan spiritual yang tinggi.
Sementara daerah Rafah menurut laman Britannica adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara Jalur Gaza, Palestina, dan Mesir. Kota ini menjadi pintu gerbang utama yang menghubungkan Jalur Gaza dengan dunia luar melalui Mesir. Sebagian kota ini berada di wilayah Palestina, sementara sebagian lainnya berada di wilayah Mesir.
Rafah memiliki signifikansi yang besar dalam konteks politik dan kemanusiaan, terutama terkait dengan konflik Israel-Palestina. Kota ini sering menjadi fokus ketegangan dan konflik. Salah satu aspek penting dari Rafah adalah perbatasannya, yang menjadi satu-satunya pintu keluar bagi penduduk Gaza yang tidak dikontrol oleh Israel.
Rafah sering kali mengalami kondisi yang sangat sulit akibat blokade, operasi militer, dan konflik berkepanjangan. Blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir telah mengakibatkan banyak kesulitan bagi penduduk setempat, termasuk kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok, obat-obatan, dan bahan bakar. Terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rafah di Gaza dan Mesir sering digunakan untuk menyelundupkan barang-barang ini, meskipun kegiatan tersebut sering kali berisiko dan berbahaya.
Perbatasan Rafah adalah jalur vital bagi penduduk Gaza untuk bepergian keluar dari wilayah yang diblokade. Meskipun sering dibuka dan ditutup tergantung pada situasi politik dan keamanan, perbatasan ini tetap menjadi satu-satunya harapan bagi banyak penduduk Gaza untuk mendapatkan akses ke perawatan medis, pendidikan, dan kesempatan lainnya di luar Gaza.
Arafah dan Rafah, meskipun namanya mirip, memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Arafah adalah tempat yang sakral dan pusat ibadah haji di Arab Saudi, dengan nilai religius yang tinggi bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebaliknya, Rafah adalah kota di perbatasan Gaza-Mesir yang sering menjadi pusat konflik dan memiliki signifikansi politik serta kemanusiaan yang besar.
Pilihan Editor: Prihatin situasi di Gaza, KOSPY Keluarkan 9 Sikap Termasuk Boikot Produk yang Terafiliasi Zionis