TEMPO.CO, Jakarta -Pasukan Israel mengendarai tank-tank lebih jauh lagi ke wilayah barat kota Rafah. Mereka melancarkan salah satu serangan terparah selama pertempuran dari sisi udara, darat dan laut, kata para penduduk Jalur Gaza pada Kamis, 13 Juni 2024.
Pengeboman terbaru ini memaksa banyak keluarga Gaza untuk meninggalkan rumah dan tenda pengungsian mereka dalam kondisi kegelapan.
Warga setempat mengatakan pasukan Israel bergerak menuju kawasan Al-Mawasi di Rafah dekat pantai. Wilayah tersebut telah ditetapkan oleh militer Israel sendiri sebagai zona kemanusiaan dalam semua pengumuman dan peta yang mereka terbitkan sejak memulai serangan di Rafah pada Mei.
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel membantah bahwa mereka telah melancarkan serangan apa pun terhadap zona kemanusiaan Al-Mawasi.
Israel mengatakan serangannya bertujuan untuk melenyapkan unit tempur terakhir Hamas yang masih utuh di Rafah, sebuah kota yang menampung lebih dari satu juta orang sebelum serangan terbaru Israel dimulai.
Kebanyakan dari warga kini telah pindah ke utara menuju Khan Younis dan Deir Al-Balah di Gaza tengah.
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka melanjutkan “operasi yang ditargetkan dan berbasis intelijen” di Rafah. Pasukan Israel mengklaim belakangan ini telah menemukan beberapa senjata, dan membunuh orang-orang bersenjata Palestina dalam pertempuran jarak dekat, menurut pernyataan tersebut.
Mereka juga mengatakan telah menyerang 45 sasaran di Gaza melalui udara, termasuk bangunan militer, sel milisi, peluncur roket dan terowongan.
Israel telah mengesampingkan opsi perdamaian hingga Hamas dibasmi, meski sudah ada rencana gencatan senjata yang diuraikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan didukung oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Akibatnya, sebagian besar wilayah Gaza telah hancur.
Sementara itu, para pejuang Hamas muncul kembali untuk berperang di daerah-daerah tempat pasukan Israel sebelumnya menyatakan telah mengalahkan mereka.
Kelompok Palestina itu menyambut baik usulan gencatan senjata baru AS, namun membuat beberapa amandemen. Mereka menegaskan kembali pendiriannya bahwa perjanjian apa pun yang disepakati antara kedua belah pihak harus benar-benar mengakhiri pertempuran di Gaza.
Tuntutan tersebut masih ditolak oleh Israel.
Israel menggambarkan tanggapan Hamas terhadap proposal perdamaian baru AS sebagai penolakan total. Meski demikian, upaya untuk mencapai kesepakatan masih terus berlanjut, dengan mediator Qatar dan Mesir bersama AS menengahi negosiasi.
Selama pertempuran yang sudah berlangsung delapan bulan, gencatan senjata hanya pernah terjadi sekali pada November 2023.
Hamas menginginkan akhir permanen dari perang dan penarikan penuh Israel dari Gaza, sementara Israel bersikeras menumpas batalion Hamas meski korban jiwa di Gaza telah mencapai lebih dari 37.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pilihan Editor: Bunuh Banyak Anak Palestina, Israel Serang Kamp Pengungsi, Ini Daftarnya
REUTERS