TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin meraih kemenangan telak pasca-Soviet dalam pemilu Rusia pada Minggu, 17 Maret 2024, memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan, meskipun ribuan penentangnya melakukan protes siang hari di tempat pemungutan suara dan negara-negara Barat mengatakan pemungutan suara itu tidak bebas dan juga tidak adil.
Berikut beberapa hal penting yang dapat diambil dari pemilu ini.
Dominasi Putin
Kemenangan Putin memang tidak diragukan lagi, namun skala kemenangannya tergolong baru jika dibandingkan dengan standar pasca-Soviet.
Dia tetap populer di Rusia di tengah konfrontasi dengan Barat mengenai perang Ukraina, dia tidak memiliki saingan domestik yang serius, dan memegang kendali penuh atas negara Rusia.
Putin meraih 87,3%, atau 76 juta suara, sejauh ini merupakan perolehan suara terbesar dalam sejarah Rusia pasca-Soviet, menurut hasil resmi. Jumlah pemilih mencapai lebih dari 77% – juga yang terbesar dalam sejarah Rusia pasca-Soviet.
“Saya memimpikan Rusia yang kuat, mandiri, dan berdaulat. Dan saya berharap hasil pemungutan suara akan memungkinkan kita semua, bersama rakyat Rusia, mencapai tujuan ini,” katanya kepada wartawan.
Bagi Kremlin, hasil utama tersebut menunjukkan kepada dunia persatuan dan kekuatan Rusia di tengah krisis terbesar dalam hubungan dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962.
Perang Ukraina
Putin menganggap terpilihnya kembali dirinya sebagai dukungan atas perangnya di Ukraina yang memberinya ruang domestik yang lebih luas untuk bermanuver – dan waktu.
Para bos mata-mata Barat mengatakan perang ini berada di persimpangan jalan yang dapat menyebabkan kekalahan simbolis bagi Barat atau bagi Rusia, yang kini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina.
Direktur Badan Intelijen Pusat AS William Burns bulan ini mengatakan bahwa jika negara-negara Barat dapat memberikan lebih banyak bantuan kepada Ukraina, maka negara tersebut akan tetap berada di garis depan pada 2024, mendapatkan kembali inisiatif dan kemudian bernegosiasi dari posisi yang kuat dan berlabuh di Barat.
Tanpa dukungan seperti itu, Ukraina bisa menghadapi “masa depan yang jauh lebih suram”, kata Burns, seraya menambahkan bahwa keberhasilan Rusia dalam perang tersebut akan “memicu ambisi kepemimpinan Cina dalam berbagai kemungkinan mulai dari Taiwan hingga Laut Cina Selatan”.
Putin percaya bahwa ia memiliki kekuatan yang lebih besar untuk bertahan di Ukraina dibandingkan Amerika Serikat.