TEMPO.CO, Jakarta -Israel menuduh 190 staf Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) merangkap sebagai militan Hamas atau Jihad Islam. Tuduhan itu muncul dalam dokumen intelijen Israel yang mendorong sejumlah negara untuk menghentikan pemberian dana bagi badan tersebut.
Dalam dokumen itu, Israel menyebut beberapa staf lembaga PBB tersebut terlibat dalam aksi penculikan dan pembunuhan selama serangan pada Sabtu, 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza. Dokumen sebanyak enam halaman yang dilengkapi nama dan foto, yang dilihat Reuters itu, menduga sekitar 190 pegawai UNRWA, termasuk guru berperan sebagai militan Hamas. Lantas, apa sebenarnya tugas UNRWA?
Tugas UNRWA
UNRWA dibentuk pada 1949 setelah peristiwa Nakba atau bencana yang memaksa lebih dari 700 ribu warga Palestina meninggalkan tanah air mereka akibat pendudukan Israel. Dalam kegiatannya, badan yang mulai beroperasi pada 1 Mei 1950 itu didanai hampir seluruhnya oleh anggota-anggota PBB.
UNRWA mempekerjakan sekitar 30 ribu karyawan yang 13 ribu di antaranya ditugaskan di Jalur Gaza. Lembaga yang mendapatkan banyak sokongan dana dari negara barat itu berperan dalam memberikan pendidikan, pelayanan kesehatan, menyalurkan bantuan kemanusiaan, dan layanan sosial lainnya kepada warga Palestina di Gaza, Tepi Barat yang diduduki Israel, serta yang mengungsi ke Yordania, Suriah, dan Lebanon.
Di Jalur Gaza, UNRWA memberikan layanan kepada 1.476.706 pengungsi. Layanan yang dilakukan berupa akses 183 sekolah, 22 fasilitas kesehatan, tujuh pusat pemberdayaan perempuan, dan fasilitas lainnya. Sekolah yang dibangun UNRWA diikuti oleh 286.645 siswa di Gaza, sedangkan fasilitas kesehatannya dikunjungi rata-rata oleh 3,4 juta orang.
Berdasarkan Rencana Strategi Jangka Menengah (MTS) periode 2016-2022, UNRWA berkomitmen untuk memajukan pembangunan manusia pengungsi Palestina melalui pencapaian lima kebijakan, yaitu hak-hak pengungsi menurut hukum internasional yang dilindungi dan dipromosikan. Kedua, kesehatan pengungsi yang terlindungi dan beban penyakit yang berkurang.
Ketiga, menyelesaikan pendidikan dasar yang berkualitas, adil, dan inklusif bagi anak-anak usia sekolah. Keempat, meningkatkan peluang penghidungan dengan memperkuat kemampuan pengungsi. Terakhir, harapan agar pengungsi dapat memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, tempat tinggal, dan kesehatan.
Sumber Dana UNRWA
UNRWA mendapatkan dukungan pendanaan secara sukarela dari negara-negara anggota PBB, termasuk pemerintah regional dan Uni Eropa. Secara keseluruhan, sumber dana itu mewakili sekitar 89,2 persen dari kontribusi keuangan badan tersebut. Pada 2022, UNRWA mencatatkan jumlah anggaran sebesar US$ 44,6 juta atau sekitar Rp 704 miliar (kurs Rp15.787) dari PBB.
Badan penanganan pengungsi Palestina tersebut juga bermitra dengan lini bisnis dan yayasan, mulai dari perusahaan teknologi lokal skala kecil hingga perusahaan multinasional. UNRWA juga bekerja sama dengan komunitas kecil dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional. Kemitraan swasta itu menambah anggaran sekitar US$ 15,4 juta atau Rp 243 miliar pada 2022.
Adapun negara-negara PBB yang dilaporkan menjadi penyumbang anggaran terbesar kepada UNRWA pada 2022 adalah Amerika Serikat, Jerman, Uni Eropa, Swedia, Norwegia, Jepang, Prancis, Arab Saudi, Swiss, dan Turkiye. Negara-negara itu berkontribusi sekitar 61,4 persen atau sekitar US$ 520,3 juta dari total pendanaan UNRWA.
Sebanyak 58 persen pendanaan yang diterima UNRWA digunakan untuk menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak-anak di Palestina. Selanjutnya, 15 persen anggaran untuk kesehatan, 13 persen untuk layanan pendukung, 6 persen untuk bantuan dan layanan sosial, serta 4 persen untuk infrastruktur dan pengembangan kamp pengungsi.
MELYNDA DWI PUSPITA | TEMPO | UNRWA
Pilihan editor: Sejumlah Negara Hentikan Dukungan untuk UNRWA, Menlu Retno: Ini Collective Punishment!