TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Israel dari sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyerukan warga Palestina di Gaza untuk meninggalkan wilayah tersebut secara sukarela. "Kita perlu mendorong imigrasi dari sana. Jika hanya ada 100.000-200.000 orang Arab di Jalur Gaza dan bukan dua juta orang, keseluruhan pembicaraan tentang hari setelah perang akan sangat berbeda," kata Smotrich kepada Radio Tentara Israel.
"Mereka ingin pergi. Mereka telah tinggal di ghetto selama 75 tahun dan membutuhkan bantuan," ujar Smotrich, pemimpin partai zionisme keagamaan sayap kanan.
Israel telah menggempur Jalur Gaza dari udara dan darat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 21.882 warga Palestina yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Serangan itu melukai 56.451 lainnya, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Smotrich mengulang kembali pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu. Sebelumnya Netanyahu mendorong rencana untuk menerapkan “migrasi sukarela” terhadap warga Palestina di Gaza ke negara lain.
Menurut harian Israel Hayom, Netanyahu melontarkan komentar tersebut dalam sesi tertutup parlemen untuk anggota parlemen Partai Likud yang berkuasa. “Masalah kami adalah negara-negara yang bersedia menyerap (mereka), dan kami sedang berupaya mengatasinya,” kata dia.
Danny Danon dari Partai Likud mengungkapkan adanya negara yang mengangkat masalah ini, termasuk Menteri Imigrasi Kanada Marc Miller dan mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley, yang mengincar nominasi Partai Republik AS untuk pemilihan presiden 2024.
Dia menambahkan Israel harus membentuk komite untuk menindaklanjuti masalah ini guna memastikan bahwa siapa pun yang ingin pindah ke negara ketiga dapat melakukan hal tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, AS, negara-negara Arab dan Eropa telah menegaskan penolakan terhadap segala bentuk penerapan “migrasi paksa” terhadap warga Palestina di Gaza.
ANTARA | ANADOLU
Pilihan editor: Top 3 Dunia: Hizbullah Bikin Warga Israel Ketakutan, Rusia-Ukraina, Bersih-bersih Xi Jinping