TEMPO Interaktif, Roma: Moammar Kaddafi meminta bertemu 700 perempuan Italia dalam kunjungan bersejarah ke Roma pekan depan. Selain itu, pemimpin Libya ini juga akan mendirikan tenda di lapangan di sebuah bukit yang terdapat vila abad 17.
Dalam kunjungan ini, Kaddafi akan bertemu dengan 700 perempuan yang mewaklili Italia di bidang politik, bisnis dan budaya, yang akan mengambil tempat di ruang konser pada 12 Juni .
"Kaddafi secara ekspresif mengatakan untuk bertemu dengan perwakilan perempuan Italia," kata Menteri persamaan hak Mara Carfagna Carfagna, yang juga mantan model ini.
Carfagna mengatakan ini kesempatan kerjasama ekonomi dan masalah imigrasi ilegal, dimana Libya membantu patroli Italia di Mediterania untuk menghadang kapal migran. Carfagna kepada kantor berita Ansa, mengatakan bahwa dia akan membicarakan pembelaan Islam mengenai situasi perempuan di Afrika.
Dalam agenda pertemuan, Kaddafi juga akan bertemu dengan Berlusconi dan politisi lainnya. Kaddafi akan mengunjungi siswa Italia, menghadapi demonstran kelompok hak asasi dan mungkin bertemu dengan sebagian masyarakat Yahudi Libya yang melarikan diri pada tahun 1967 setelah huru-hara anti-Israel.
Kaddafi harus kembali lagi ke Italia, bulan depan, sebagai ketua Uni Afrika dalam pertemuan puncak G8, yang juga akan dihadiri Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Kaddafi untuk pertama kali melakukan kunjungan ke Italia, setelah mantan negara kolonial ini dikudeta kekuasaannya tahun 1969.
Sementara Italia merupakan negara barat terdepan yang mempunyai hubungan hangat di bidang politik dan bisnis dengan Tripoli, mulai dari penyerahan senjata pemusnah masal pada tahun 2003, membuat permintaan maaf resmi tahun lalu dan kompensasi yang ditawarkan US$ 5 miliar atau sekitar Rp 5,5 triliun sebagai komitmen selama pendudukan kolobial dari tahun 1911 ke 1943.
Lelaki yang sering mengenakan kacamata gelap dan penutup kepala khas ini, selalu dikawal oleh tentara perempuan. Pada kunjungan ke Paris, tahun 2007, setidaknya ada 1.000 wanita yang diseleksi untuk menjadi tamunya dengan alasan dia ingin "menyelamatkan perempuan Eropa."
REUTERS| NUR HARYANTO