TEMPO.CO, Jakarta - Dalam jeda gencatan senjata selama 4 hari Perang Israel Hamas, sejumlah sandera dibebaskan dari kedua belah pihak.
Namun, perlakuan terhadap sandera Hamas dan tahanan Palestina oleh Israel amat sangat berbeda. Hamas memperlakukan sandera dengan baik. Sebaliknya Israel menyiksa tahanan Palestina sesuka hati.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Daniel Hagari mengatakan para sandera yang dibebaskan Hamas telah menjalani tes medis awal. Mereka berada dalam kondisi baik.
Sayap bersenjata Hamas Brigade Al-Qassam merilis video tentang pembebasan tawanan Israel yang dipindahkan ke Palang Merah Internasional atau ICRC. Dalam video itu beberapa tawanan tersenyum ke arah kamera dan melambaikan tangan kepada anggota Al-Qassam sebelum masuk ke dalam kendaraan ICRC.
Terbaru, Hamas membebaskan 13 sandera Israel dan empat warga asing ke Komite Palang Merah Internasional pada Sabtu malam, 25 November 2023, kata Kementerian Luar Negeri Qatar, setelah gangguan singkat sebelumnya terhadap kesepakatan pembebasan tawanan dapat diatasi dengan mediasi Qatar dan Mesir.
Kesepakatan penyanderaan Gaza kembali berjalan setelah tertunda sementara karena perselisihan mengenai pasokan bantuan di utara wilayah kantong yang terkepung.
Tiga belas warga Israel dan 4 warga asing diterima oleh ICRC dan dalam perjalanan ke Rafah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, melalui platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Al Ansari sebelumnya mengatakan penundaan singkat dan hambatan terhadap pembebasan sandera dapat diatasi melalui kontak Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan menambahkan bahwa 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan sebagai imbalannya.
Di antara para sandera Israel, delapan orang diperkirakan adalah anak-anak dan lima lainnya perempuan, kata Al Ansari, sedangkan warga Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel akan terdiri dari 33 anak-anak dan enam perempuan.
Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengenai penundaan kesepakatan penyanderaan, kata Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih. Sekitar 3-1/2 jam setelah panggilan telepon mereka, Gedung Putih mengetahui dari pihak Qatar bahwa perjanjian tersebut kembali berlaku dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) bergerak untuk mengumpulkan para sandera, kata Watson.
Sayap bersenjata Hamas sebelumnya mengatakan pihaknya menunda pembebasan sandera putaran kedua yang dijadwalkan pada hari Sabtu sampai Israel memenuhi semua persyaratan gencatan senjata, termasuk berkomitmen untuk membiarkan truk bantuan masuk ke Gaza utara.
Juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan hanya 65 dari 340 truk bantuan yang memasuki Gaza sejak Jumat telah mencapai Gaza utara, jumlah tersebut “kurang dari setengah dari apa yang disepakati Israel.”
Brigade Al-Qassam juga mengatakan Israel gagal menghormati persyaratan pembebasan tahanan Palestina. Qadura Fares, komisaris Palestina untuk tahanan, mengatakan Israel tidak membebaskan tahanan berdasarkan senioritas, seperti yang diharapkan.
Menteri Pertanian Avi Dichter, yang merupakan anggota kabinet keamanan Israel, mengatakan kepada Channel 13 News bahwa Israel "mematuhi kesepakatan" dengan Hamas yang dimediasi oleh Qatar.
Israel mengatakan 50 truk berisi makanan, air, peralatan tempat berlindung, dan pasokan medis telah dikerahkan ke Gaza utara di bawah pengawasan PBB, pengiriman bantuan signifikan pertama ke sana sejak dimulainya perang.
Perselisihan singkat mengenai gencatan senjata tersebut menimbulkan kekhawatiran atas kelancaran implementasi kesepakatan penyanderaan setelah 13 wanita dan anak-anak Israel dibebaskan oleh Hamas pada hari Jumat pekan lalu. Sekitar 39 wanita dan remaja Palestina dibebaskan dari penjara Israel.
BISNIS INSIDER | ANADOLU | ARAB NEWS | REUTERS
Pilihan editor: Hamas Perlakukan Sandera dengan Baik, Sebaliknya Israel Siksa Tahanan Palestina