TEMPO Interaktif, Jeju Island: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Indonesia proaktif dan memainkan peran dalam hubungan internasional, termasuk upaya mendamaikan konflik di Semenanjung Korea. Untuk keperluan ini, Presiden akan mengirim utusan khusus.
"Kami punya utusan khusus atau special envoy Bapak Nana Sutrisna, yang slama ini saya tugasi terus memantau perkembangan dan setiap saat mencari peluang apa yang bisa dilakukan," kata Yudhoyono saat menggelar keterangan pers sebelum bertolak ke Jakarta di The Shilla Hotel, Jeju, Selasa (2/6).
Menurut Presiden, Nana sebelumnya juga pernah diutus ke Korea Selatan beberapa tahun lalu untuk terus mmelihara komunikasi. Presiden menegaskan apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk berkontribusi penyelesaian sengketa di wilayah tersebut haruslah realistis.
Jika terkait dengan sengketa antara dua negara di Semenangjung Korea yang paling didengar adalah Cina. "Ini tidak berarti negara seperti Indonesia tidak punya peluang untuk itu. Kita lihat seperti apa mekanisme di Dewan Keamanan PBB, apa perkembangan ke depan, kalau ada peluang, seperti apa bagi indonesia," katanya.
Yudhoyono berharap Cina sebagai negara tetangga Korea berkomunikasi lebih baik dengan Korea Utara untuk menyampaikan kecemasan masyarakat global atas uji coba nuklir yang dilakukanya.
Adapun Asean tidak menawarkan format baru dalam penyelesaian sengketa tersebut. Asean hanya mendorong agar Korea Utara kembali bernegosisasi dalam six-party talks. "Merekalah yang lebih relevan, mereka yang lebih efektif sebagai forum menyelesaikan masalah ini," katanya.
Semenanjung Korea kembali memanas setelah Korea Utara melakukan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh. Kegiatan itu membuka ketegangan baru dengan negeri tetangganya, Korea Selatan serta menimbulkan kekhawatiran ancaman terhadap stabilitas keamanan di Asia Timur, bahkan dunia.
GUNANTO E S