TEMPO.CO, Jakarta - Aksi pembakaran Al-Quran yang berulang dalam sembilan bulan terakhir membuat Swedia harus mengeluarkan biaya ekstra hampir 2,2 juta krona atau sekitar Rp3 miliar, menurut Sveriges Radio pada Sabtu, 2 September 2023.
Tindakan provokatif pembakaran Kitab Suci Umat Islam oleh politisi Swedia-Denmark Rasmus Paludan dan seorang pengungsi Irak yang tinggal di Stockholm, Salwan Momika, telah menguras jutaan krona untuk biaya pengerahan lebih banyak polisi dan mengganggu tugas rutin sebagian besar dari mereka.
Selain Denmark, Swedia juga menuai banyak kritikan lantaran membiarkan aksi penistaan Quran di bawah kawalan kepolisian.
Pentolan Partai Stram Kurs sayap kanan, Paludan, membakar salinan Quran di sejumlah kota Swedia yakni di Kota Malmo, Norrkoping, Jonkoping dan Stockholm, termasuk saat Paskah tahun lalu.
Pada 21 Juni 2023, dia membakar salinan Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Swedia.
Sepekan kemudian Momika menjadi perbincangan hangat, ketika dirinya membakar salinan Quran di depan sebuah masjid di Stockholm saat Idul Adha.
Pada 20 Juli 2023 di depan Kedubes Irak di Swedia dia juga melempar salinan Quran dan bendera Irak serta menginjaknya.
Momika kembali membakar Quran di depan gedung parlemen Swedia pada 31 Juli 2023.
Dia juga melakukan hal serupa di depan Kedubes Iran di Swedia pada awal Agustus dan di depan Masjid Stockholm pekan lalu.
Sementara itu, migran asal Iran Bahrami Marjan juga melakukan provokasi yang sama di Angbybadet, daerah dekat Stockholm pada 3 Agustus 2023.
Kendati penistaan Quran mencoreng citra serta membahayakan Swedia, Momika masih bisa mendapatkan izin dari otoritas. Layanan keamanan Swedia juga mengatakan situasi keamanan di negara tersebut memburuk pasca pembakaran Quran.
ANTARA | ANADOLU
Pilihan Editor Biden Kunjungi Korban Badai di Florida Tak Didampingi Gubernur DeSantis, Persaingan Pilpres 2024?