Gedung Warisan Era Apartheid
Para pejabat di Johannesburg pada awalnya menduga bahwa bangunan tersebut ditempati oleh penghuni liar, namun Lebogang Isaac Maile, kepala departemen Pemukiman Manusia di provinsi Gauteng, yang mencakup Johannesburg, mengatakan bahwa beberapa dari mereka yang meninggal mungkin telah menyewa, atau diperas, oleh geng kriminal.
“Ada kartel yang memangsa masyarakat rentan. Karena sebagian dari bangunan ini, kalau bukan sebagian besar, sebenarnya ada di tangan kartel yang memungut uang sewa dari masyarakat,” ujarnya kepada wartawan.
Wali Kota Kabelo Gwamanda mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah kota telah menyewakannya kepada sebuah badan amal untuk perempuan pengungsi namun “akhirnya memiliki tujuan yang berbeda”. Dia tidak memberikan rinciannya.
Sebuah tanda di pintu masuk blok tersebut mengidentifikasi bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan warisan dari era apartheid, tempat warga kulit hitam Afrika Selatan datang untuk mengambil "dompas" mereka - dokumen yang memungkinkan mereka bekerja di wilayah milik orang kulit putih di kota tersebut.
Johannesburg tetap menjadi salah satu kota paling tidak setara di dunia dengan kemiskinan yang luas, pengangguran dan krisis perumahan. Menurut pemerintah Gauteng, terdapat sekitar 15.000 tunawisma di wilayah ini.
Kebakaran rumah tangga sering terjadi di Johannesburg, khususnya di daerah miskin. Salah satu kota termiskin, Alexandra, telah menyaksikan ratusan rumah hancur dalam beberapa kebakaran selama lima tahun terakhir.
Kota ini menderita kekurangan listrik kronis sehingga banyak orang menggunakan lilin untuk penerangan dan kayu bakar untuk penghangat. Pihak berwenang mengatakan penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan.
Maile mengatakan hal ini "menunjukkan masalah perumahan yang kronis" di provinsi tersebut "seperti yang telah kami katakan sebelumnya bahwa setidaknya ada 1,2 juta orang yang membutuhkan perumahan".
REUTERS
Pilihan Editor: Diusir Junta Militer Niger, Dubes Prancis Ngotot Bertahan