TEMPO.CO, Jakarta - Penembakan massal terjadi di Auckland, Selandia Baru, beberapa jam sebelum pembukaan Piala Dunia Wanita. Peristiwa yang jarang terjadi ini mengguncang kota saat puluhan ribu orang berkumpul untuk menyaksikan Selandia Baru melawan Norwegia pada pertandingan pertama turnamen tersebut.
Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins menyatakan rincian serangan itu dalam konferensi pers. Ia membenarkan bahwa tiga orang telah tewas, termasuk pelaku dan beberapa lainnya terluka.
Layanan darurat bergegas ke distrik pusat bisnis kota tepat setelah pukul 7 pagi waktu setempat Kamis, 20 Juli 2023, setelah laporan bahwa seorang pria bersenjatakan senapan pompa telah melepaskan tembakan ke lokasi konstruksi. "Dia bergerak melalui lokasi pembangunan sambil mengeluarkan senjata api saat dia pergi," kata Hipkins. “Setelah mencapai tingkat atas gedung, pria itu memasukkan dirinya ke dalam lift. Tembakan dilepaskan, dan dia ditemukan beberapa saat kemudian.”
Cuplikan berita menunjukkan polisi bersenjata lengkap mengenakan pelindung tubuh dan membawa senapan berbondong-bondong ke tempat kejadian. Polisi menutup sebagian besar kawasan bisnis.
Hipkins mengatakan tindakan petugas polisi melakukan baku tembak dengan pelaku. Polisi langsung menuju lokasi penembakan untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Komisaris Polisi Selandia Baru Andrew Coster mengatakan seorang petugas tertembak ketika dia berusaha untuk menghadapi pria bersenjata itu. Empat orang lainnya mengalami luka sedang hingga kritis.
Coster mengatakan tersangka sedang menjalani penahanan rumah, namun tetap diizinkan bekerja di lokasi konstruksi tempat penembakan itu terjadi. Insiden itu diyakini terkait dengan pekerjaannya di sana.
"Pria itu memiliki riwayat kekerasan keluarga tetapi tidak menunjukkan bahwa dia memiliki risiko tingkat tinggi," kata Coster. Dia tidak memiliki lisensi senjata api.
Polisi Selandia Baru mengatakan penembakan itu tidak menimbulkan risiko keamanan yang mempengaruhi penyelenggaraan Piala Dunia Wanita. Dalam sebuah pernyataan, FIFA mengatakan pihaknya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan teman para korban.
“FIFA telah diberitahu bahwa ini adalah insiden yang tidak terkait dengan operasi sepak bola, pertandingan pembukaan malam ini akan berjalan sesuai rencana,” ujar pernyataan tersebut.
Namun rencana untuk menayangkan pertandingan di layar lebar dibatalkan karena menghormati korban tewas, menurut kantor walikota dan Dewan Auckland.
Penembakan relatif jarang terjadi di Selandia Baru, terutama setelah pengenalan undang-undang senjata yang ketat pada tahun 2019. Saat itu terjadi penembakan massal di Christchurch yang menewaskan 50 orang dan menyebabkan undang-undang baru yang ketat yang mengekang senjata api disahkan dalam hitungan hari.
CNN | REUTERS
Pilihan Editor: Suhu Ekstrem Menerjang Cina, Facekini hingga Topi Lebar Laris Dibeli Warga