Sebuah mobil yang terbakar menabrak rumah Wali Kota l’Hay-les-Roses, Vincent Jeanbrun, di pinggiran Paris. Serangan pribadi seperti itu sejatinya tak lazim dibanding aksi vandalisme lain yang menyasar sekolah-sekolah, kantor polisi, balai kota, serta toko penduduk.
Jeanbrun lalu menyatakan bahwa istri dan salah satu anaknya terluka dalam peristiwa pukul 01.30 pagi tersebut ketika seisi rumah sedang tidur, sementara ia sendiri berada di balai kota untuk memantau kerusuhan. Sang istri menderita patah tulang kering yang cukup serius, sedangkan kondisi anak-anak mereka yang berusia 5 dan 7 tahun belum diketahui.
Selaku bagian dari oposisi konservatif Partai Republik, Jeanbrun menyebut serangan terhadapnya sebagai “horor dan aib” dan mendesak pemerintah untuk segera memberlakukan keadaan darurat. Kekerasan menjadi makin tak terkendali sehingga nenek Nahel memohon massa untuk tenang sekaligus menuduh sejumlah oknum pengunjuk rasa telah menggunakan kematian cucunya sebagai dalih.
Seorang jaksa daerah, Stephane Hardouin, lantas membuka kasus atas percobaan pembunuhan dalam serangan terhadap keluarga Jeanbrun. Penyelidikan awal mengungkap bahwa mobil sengaja menabrak rumah sang wali kota, kemudian dibakar menggunakan cairan akselerator api yang ditemukan di dalamnya.
Posisi Diplomatik Macron
Kerusuhan juga meletus di kota mediterania Marseille, tetapi tak sehebat malam-malam sebelumnya. Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin menyebut kontingen polisi telah diperkuat untuk menangkap 55 orang di sana sebagai bentuk tindakan tegas pasukan keamanan.
Pengerahan polisi massal disambut baik oleh segelintir penduduk yang ketakutan serta para pemilik toko yang tokonya telah dijarah. Namun, hal tersebut justru membuat frustrasi mereka yang melihat perilaku polisi sebagai inti dari krisis Prancis saat ini.
Kerusuhan turut berdampak pada posisi diplomatik Macron. Ia menunda kunjungan kenegaraan pertama ke Jerman oleh seorang Presiden Prancis dalam 23 tahun terakhir yang seharusnya berlangsung pada Minggu, 2 Juli.
CBSNEWS | NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM (CW)
Pilihan Editor: Vietnam Larang Film 'Barbie' karena Peta Laut China Selatan