Imigran Membayar Mahal
Kapal penangkap ikan tua itu diperkirakan telah berangkat dari Mesir, kemudian menjemput penumpang di kota pesisir Libya Tobruk pada 10 Juni. Para penyintas yang berbicara dengan pihak berwenang Yunani mengatakan mereka membayar US$4500 (sekitar Rp 67 juta) masing-masing untuk pergi ke Italia.
Keadaan pasti dari kapal yang tenggelam saat dibuntuti penjaga pantai Yunani masih belum jelas.
Pihak berwenang, yang disiagakan oleh Italia pada Selasa dan kemudian memantau kapal tersebut selama 15 jam sebelum tenggelam, mengatakan penumpang kapal berulang kali menolak bantuan Yunani, mengatakan mereka ingin pergi ke Italia.
Sebuah kelompok advokasi yang telah berkomunikasi dengan kapal mengatakan bahwa setidaknya dua kali orang di kapal memohon bantuan. Kelompok itu, Alarm Phone, mengatakan telah memberi informasi kepada otoritas Yunani dan lembaga bantuan beberapa jam sebelum bencana itu terjadi.
Otoritas Yunani membantah laporan-laporan yang muncul pada Kamis malam bahwa kapal terbalik setelah penjaga pantai berusaha menariknya.
"Tidak ada upaya untuk menarik kapal itu," kata juru bicara penjaga pantai Nikos Alexiou kepada stasiun televisi ERT.
Sembilan orang, kebanyakan dari Mesir, ditangkap atas kapal karam pada Kamis malam. Pihak berwenang mengatakan mereka menghadapi tuduhan pembunuhan karena kelalaian, membahayakan nyawa, menyebabkan kecelakaan kapal dan perdagangan manusia.
Para penyintas dipindahkan dengan bus ke kamp imigran di Malakasa, dekat Athena, pada Jumat.
Di bawah pemerintahan konservatif yang berkuasa hingga bulan lalu, Yunani mengambil sikap keras terhadap migrasi, membangun kamp-kamp bertembok, dan meningkatkan kontrol perbatasan.
Negara ini saat ini diperintah oleh pemerintahan sementara sambil menunggu pemilihan pada 25 Juni.
REUTERS
Pilihan Editor: Bertemu Bill Gates, Xi Jinping Ingin Persahabatan AS-China Terus Berlanjut