TEMPO.CO, Jakarta - Khader Adnan, seorang aktivis yang berafiliasi dengan kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ), meninggal di penjara Israel pada Selasa, 2 Mei 2023, setelah hampir tiga bulan melakukan mogok makan.
Adnan, yang ditahan menunggu persidangan, menurut otoritas Israel, telah masuk dan keluar penjara selama lebih dari dua dekade dan telah menjalani mogok makan untuk memprotes penangkapannya.
Ini yang perlu Anda ketahui tentang kemunculan ayah sembilan anak ini.
Kehidupan Awal Khader Adnan
Adnan lahir pada 24 Maret, 1978, di kota Arrabeh dekat kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki.
Ia seorang tukang roti berdasarkan ketrampilan dan lulus dari Universitas Birzeit dengan gelar sarjana matematika. Dia memiliki toko roti di kota Qabatya, di sebelah selatan Jenin.
Adnan menjadi aktivis politik untuk PIJ selama masa-masa sebagai mahasiswa dan pertama kali ditangkap dan ditahan Israel selama empat bulan pada 1999.
Delapan bulan kemudian, ia ditahan oleh Otoritas Palestina (PA) karena memimpin demonstrasi mahasiswa pada 1999 di Universitas Bir Zeit menentang kunjungan Perdana Menteri Prancis Lionel Jospin. Para mahasiswa melempari Jospin dan mobilnya dengan batu.
Afiliasi dengan PIJ
Adnan kemudian menjadi juru bicara untuk PIJ di Tepi Barat. PIJ didirikan pada 1981 oleh para aktivis mahasiswa Palestina di Mesir dengan tujuan mendirikan sebuah negara Palestina di Tepi Barat, Baza dan wilayah-wilayah lain yang diduduki.
Keluarganya mengatakan kepada Al Jazeera pada 2012 bahwa dia tidak pernah aktif di sayap militer PIJ, dia juga tidak pernah didakwa oleh Israel.
Adnan telah ditangkap lima kali sebelum menikah dengan Randa Adnan, 31 tahun, lulusan hukum Islam dari Universitas Nasional An-Najah di Nablus, pada 2005.
Antara 2005 dan 2011, ia ditahan tiga kali lagi.
Mogok Makan 2012
Pada 17 Desember, 2011, Adnan, yang berusia 33 tahun pada saat itu, ditangkap dari rumahnya di Arrabeh. Randa hamil pada saat penahanannya, dan pasangan itu telah memiliki dua anak perempuan.
Ia diinterogasi selama 18 hari dan dilaporkan disiksa dan dipermalukan oleh agen-agen pasukan keamanan dalam negeri Israel.
Dia ditahan dalam "penahanan administratif", sebuah kategori yang dibuat oleh otoritas Israel untuk memenjarakan orang tanpa dakwaan dan tanpa harus memberikan bukti apa pun terhadap mereka kepada pengacara mereka.
Selama penahanannya, Adnan menjalani 66 hari mogok makan, yang terlama oleh seorang tahanan Palestina di Israel pada saat itu. Ia mengakhiri mogok makannya pada Februari 2012 setelah kesepakatan dengan otoritas Israel dicapai.
Aksi mogok makannya memperoleh perhatian dunia dan memicu protes solidaritas di seluruh Tepi Barat dan Gaza.