TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mantan komandan Grup Wagner Rusia yang mencari suaka di Norwegia mengaku bersalah pada Selasa, 25 April 2023, karena terlibat dalam perkelahian di luar bar Oslo dan membawa senapan angin di depan umum.
Andrei Medvedev, 26 tahun, menyebrangi perbatasan Rusia-Norwegia, Januari dan berbicara tentang saat ia berperang bersama pasukan-pasukan invasi Rusia di Ukraina.
Medvedev mengaku bersalah karena terlibat perkelahian di luar bar Oslo, pada 22 Februari dan menghalangi seorang petugas polisi melakukan tugasnya. Ia juga mengaku bersalah telah membawa senapan angin di tempat umum pada kejadian terpisah, 14 Maret.
Namun, ia tidak mengaku bersalah melakukan kekerasan terhadap petugas polisi, tuduhan paling serius yang dia hadapi, dengan hukuman maksimal tiga tahun penjara.
"Dia mengerti bahwa dia tidak terkendali malam itu dan mengonsumsi terlalu banyak alkohol dan terlibat perkelahian dengan orang-orang di luar bar," kata pengacaranya, Brynjulf Risnes, tentang perkelahian 22 Februari itu.
"Dia tidak menerima tuduhan menggunakan kekerasan terhadap seorang polisi. Itu adalah kesalahpahaman. Dia tidak pernah menyentuh polisi itu."
Jika terbukti bersalah, Medvedev belum tentu akan diusir dari Norwegia. Jika seorang pencari suaka dihukum karena kejahatan kekerasan, kepada Reuters, otoritas imigrasi mengatakan izin tinggal sementara masih dapat diberikan.
Seorang juru bicara Direktorat Imigrasi Norwegia menolak mengomentari secara khusus kasus Medvedev.
Secara terpisah, Medvedev terus berbicara dengan Kripos, dinas polisi kriminal Norwegia yang bertugas menyelidiki kejahatan perang, tentang waktunya bersama milisi Wagner di Ukraina. Rusia membantah tuduhan kejahatan perang dalam konflik tersebut.
"Kami berharap terus menanyainya" sebagai saksi, kata Kripos dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
Medvedev mengatakan kepada Reuters pada Februari bahwa dia telah bertempur di Ukraina, termasuk di wilayah sekitar Bakhmut, di tengah pertempuran sengit selama berbulan-bulan antara pasukan Rusia dan Ukraina yang telah menghancurkan kota itu.
Reuters tidak dapat memverifikasi pernyataannya secara independen.
REUTERS
Pilihan Editor: Israel Merayakan Ulang Tahun ke-75 di Tengah-tengah Keraguan dan Perpecahan