TEMPO.CO, Jakarta - Oxfam memperingatkan bahwa penolakan pemerintah Inggris untuk menunda penjualan senjata ke Israel ketika perang masih berlanjut di Gaza dapat membuat negara tersebut “terlibat dalam kejahatan perang”, menurut rilis pers pada Jumat, 12 April 2024.
Badan amal yang berbasis di Inggris itu berargumen bahwa sebelumnya Inggris telah memberlakukan pembatasan transfer senjata kepada Israel, sehingga kebijakannya sekarang tidak konsisten dengan perang-perang sebelumnya.
Perdana Menteri Rishi Sunak dan Menteri Luar Negeri David Cameron “telah berulang kali membela keputusan Inggris untuk melanjutkan penjualan senjata” walaupun Israel telah menewaskan lebih dari 33 ribu orang di Gaza sejak perang dimulai, memaksa jutaan penduduk mengungsi dan menghancurkan infrastruktur penting, kata Oxfam.
“Namun dalam setiap peningkatan kekerasan yang terjadi sebelumnya di Gaza dan terhadap warga Palestina di wilayah tersebut, Inggris setidaknya telah mencabut beberapa izin atau menangguhkan transfer senjata ke Israel,” katanya.
Oxfam dalam rilisnya mengutip berbagai sumber sejak 1953 yang menunjukkan Israel sebelumnya pernah menyalahgunakan transfer senjata dari Inggris, dan berulang kali Inggris memberlakukan embargo senjata terhadap Israel.
Aleema Shivji, Chief Impact Officer di Oxfam, mengatakan pilihan Inggris untuk terus menjual senjata ke Israel merupakan tindakan “ilegal, tidak bermoral dan tidak konsisten”.
“Padahal sudah jelas bahwa senjata dan komponen buatan Inggris digunakan dalam pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional – dan setelah negara ini memberlakukan pembatasan terhadap eskalasi kekerasan sebelumnya ketika skala kematian dan kehancuran lebih rendah (dibandingkan di Gaza),” kata Shivji.
“Penderitaan apa lagi yang harus mereka tanggung agar Pemerintah Inggris dapat mengambil tindakan? Negara ini harus segera menghentikan semua ekspor senjata – termasuk suku cadang dan komponennya – atau negara ini berisiko terlibat dalam kejahatan perang,” tuturnya.
Oxfam mengatakan para petugas kampanye mereka akan menyerahkan surat terbuka untuk mendesak Cameron dan Menteri Bisnis dan Perdagangan Inggris Kemi Badenoch agar mengakhiri penjualan senjata ke Israel.
Surat tersebut telah ditandatangani hampir 45 ribu orang, termasuk lebih dari 50 nama terkenal dari kalangan politikus, CEO hingga aktor.
Pilihan Editor: Tidak Ada WNI Jadi Korban Insiden Penusukan di Sydney, Australia