Satu dokumen AS yang dipos di saluran Telegram Rusia memiliki angka korban yang diubah secara kasar untuk mengurangi korban di Rusia dan meningkatkan korban di Ukraina. Reuters telah melihat dua versi dari dokumen yang sama dengan satu yang jelas diubah.
"RUS terus tertinggal dari tujuan-tujuannya untuk penambahan peralatan dan personel demi mendukung operasi di Ukraina," menurut Badan Intelijen Pertahanan, yang menekankan adanya kesenjangan informasi yang signifikan.
Dokumen tentang korban berlogo timbul lambang Kepala Staf Gabungan A.S. dan Badan Intelijen Pertahanan.
Baik Rusia maupun Ukraina dinilai memiliki kesinambungan pertempuran yang “sedang” – yang artinya keduanya kemungkinan akan dapat terus bertempur untuk beberapa waktu.
Dokumen menunjukkan bahwa sementara Rusia memiliki keunggulan jumlah secara keseluruhan di beberapa wilayah, Ukraina memiliki lebih banyak tank dan pengangkut personel lapis baja (APC) di medan perang daripada Rusia.
Rusia, menurut Badan Intelijen Pertahanan, telah kehilangan 2.048 tank dan 3.900 APC sementara Ukraina kehilangan 468 tank dan 1.020 APC. Ukraina memiliki 802 tank dan 3.498 APC, sementara Rusia memiliki 419 tank dan 2.928 APC di medan perang
Rusia memiliki keunggulan dalam pesawat tempur dan pertahanan udara, menurut dokumen tentang korban. Reuters tidak dapat memverifikasi angka tersebut, yang bertentangan dengan penghitungan Rusia atas penghancuran peralatan Ukraina.
Dokumen AS juga menunjukkan keprihatinan Washington tentang serangan Ukraina jauh ke Rusia - dan bahkan berpotensi ke Moskow - karena dampak serangan semacam itu terhadap posisi China.
"China akan merespons dengan lebih kuat dan kemungkinan besar meningkatkan skala dan ruang lingkup materi yang bersedia diberikannya kepada Rusia jika serangan Ukraina menghantam lokasi dengan nilai strategis tinggi atau tampaknya menargetkan para pemimpin senior Rusia," kata apa yang tampaknya merupakan penilaian intelijen AS.
Reuters telah meninjau lebih dari has 50 dokumen, berlabel "Rahasia" dan "Sangat Rahasia yang pertama kali muncul di situs media sosial pada Maret dan konon mengungkapkan rincian kerentanan militer Ukraina dan informasi tentang sekutu termasuk Israel, Korea Selatan dan Turki.
REUTERS
Pilihan Editor: Trump Tuntut Mantan Pengacaranya Setelah Didakwa