TEMPO.CO, Jakarta - China berencana melonggarkan kebijakan Covid-19 yang akan diumumkan hari ini, Rabu, 7 Desember 2022. Pelonggaran kebijakan Covid memicu perburuan obat-obatan dan alat tes rumahan oleh warga.
Baca: Beijing Tak Lagi Wajibkan Tes Covid untuk Masuk Supermarket
Sejumlah lansia di Beijing, terutama yang tidak divaksinasi, merasa lebih rentan terhadap virus Corona. Hal ini memicu mereka untuk memburu obat-obatan terutama obat flu dan demam.
Pihak berwenang di seluruh negeri memperingatkan akan stok yang kian menipis dan kenaikan harag dari pengecer dalam beberapa hari terakhir.
"Tolong beli secara rasional, beli sesuai permintaan, dan jangan menimbun dengan membabi buta," kata Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Beijing.
Di distrik kelas atas Chaoyang Beijing, rumah bagi sebagian besar kedutaan asing serta tempat hiburan dan kantor pusat perusahaan, toko-toko kehabisan obat-obatan tersebut.
"Tadi malam sudah ada stok obat-obatan dan sekarang banyak yang sudah habis,” kata Zhang, seorang pendidik berusia 33 tahun, yang hanya menyebutkan satu nama.
"Pencegahan epidemi telah dicabut. Tempat pengujian COVID-19 sebagian besar dibongkar. Jadi, karena saat ini di distrik Chaoyang kasusnya cukup tinggi, lebih baik sedia obat-obatan," katanya.
Pelonggaran kebijakan Covid terjadi setelah China dirundung unjuk rasa besar-besaran. Seperti dilansir Reuters, protes yang meluas terhadap beberapa pembatasan COVID bulan lalu, membuat sejumlah kota di China melakukan pelonggaran.
Pergeseran sikap dari pihak berwenang terjadi setelah serangkaian demonstrasi bulan lalu yang menandai ketidakpuasan publik terbesar di China sejak Presiden Xi Jinping berkuasa pada 2012.
Dalam insiden terbaru, video yang diposting di Twitter menunjukkan mahasiswa meneriakkan slogan protes terhadap kebijakan Covid-19 di kampus mereka di kota Nanjing. Reuters mengonfirmasi bahwa rekaman itu diambil di Nanjing Tech University.
Simak: China Longgarkan Pembatasan Covid setelah Warga Demo
REUTERS | NUGROHO CATUR PAMUNGKAS | DRC