TEMPO.CO, Jakarta - Berita pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa dari jabatan presiden Sri Lanka, pertama kali dikirim melalui e-mail ke ketua parlemen sebelum hard copy dikirimkan, memicu kegembiraan di ibu kota, Kolombo, Kamis malam.
"Kami sangat senang hari ini dia mengundurkan diri. Kami merasa bahwa ketika kami, orang-orang, berkumpul, kami dapat melakukan segalanya," kata Arunanandan, 34 tahun, seorang guru sekolah yang berkemah di lokasi protes utama di seberang sekretariat presiden selama tiga bulan terakhir kepada Reuters Jumat 15 Juli 2022.
Massa menyalakan petasan, meneriakkan slogan-slogan dan menari dengan gembira di lokasi protes Gota Go Gama, yang dinamai dengan mengejek nama depan Rajapaksa.
Ketua Parlemen Mahinda Yapa Abeywardena berharap dapat menyelesaikan proses pemilihan presiden baru dalam tujuh hari dan parlemen akan berkumpul kembali pada Sabtu. Agenda pertemuan akhir pekan akan diputuskan pada hari ini, dan pemungutan suara untuk presiden berikutnya di parlemen dijadwalkan pada 20 Juli mendatang.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe akan bertindak sebagai presiden sementara. Dia juga merupakan pilihan pertama dari partai yang berkuasa untuk mengambil alih posisi presiden, meskipun belum ada keputusan yang diambil. Calon dari partai oposisi adalah Sajith Premadasa, sedangkan calon kuda hitam adalah anggota parlemen senior Dullas Alahapperuma.
Protes jalanan terhadap krisis ekonomi Sri Lanka telah membara selama berbulan-bulan dan memuncak akhir pekan lalu ketika ratusan ribu orang mengambil alih gedung-gedung pemerintah di Kolombo. Rakyat menyalahkan keluarga Rajapaksa dan sekutunya atas inflasi yang tak terkendali, kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok, dan korupsi.
Antrian panjang di luar pom bensin telah menjadi hal biasa. Sementara pemerintah telah menutup sekolah dan memberlakukan kerja dari rumah bagi pekerja kantoran untuk menghemat bahan bakar.
Negara berpenduduk 22 juta itu hampir kehabisan dolar untuk impor dan gagal membayar pinjaman luar negeri.
Inflasi mencapai 54,6 persen bulan lalu dan bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa naik menjadi 70 persen dalam beberapa bulan mendatang. Sri Lanka telah memulai diskusi awal dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang pinjaman bailout potensial, tetapi ini telah terganggu oleh kekacauan pemerintah terbaru.
Baca juga: Ketua Parlemen Sri Lanka Terima Pengunduran Diri Presiden Gotabaya Rajapaksa
SUMBER: REUTERS