TEMPO.CO, Jakarta -Bilawal Bhutto Zardari, putra dari mendiang Perdana Menteri Benazir Bhutto, dilantik menjadi menteri luar negeri Pakistan pada Rabu lalu.
Seperti dilansir Arab News, pria berusia 33 tahun itu menjadi salah satu menteri luar negeri termuda di dunia. Bilawal adalah putra Benazir—mantan perdana menteri yang terbunuh--dengan mantan presiden Asif Ali Zardari. Tak hanya itu. Ia juga merupakan cucu dari mantan perdana menteri di era kemerdekaan, Zulfikar Ali Bhutto.
Kakeknya juga menjabat sebagai menteri luar negeri pada pertengahan 1960-an dan merupakan pendiri Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang sekarang dipimpin Bhutto. Dia menjadi pemimpin partai pada usia 19 tahun, saat menjadi mahasiswa di Universitas Oxford, setelah pembunuhan ibunya pada 2007.
Benazir pun mengambil alih kepemimpinan partai dari ibunya Nusrat, yang menjadi ketua setelah eksekusi suaminya Zulfikar pada 1979 di bawah diktator militer Zia-ul-Haq.
Bilawal dilantik dalam dua minggu setelah membantu memimpin aliansi yang menggulingkan Imran Khan dan menahbiskan Shehbaz Sharif menjadi perdana menteri.
Misi luar negeri pertamanya adalah menemani Sharif Kamis ke Arab Saudi, mitra dagang utama dan sumber bantuan reguler bagi ekonomi Pakistan yang sedang bermasalah.
Menteri luar negeri yang baru ini dianggap progresif, dalam citra ibunya, dan sering berbicara tentang hak-hak perempuan dan minoritas. Namun, ia mewarisi sejumlah masalah diplomatik yang dimulai jauh sebelum ia lahir — termasuk hubungan dengan musuh bebuyutannya India.
Dengan lebih dari setengah penduduk Pakistan berusia 22 tahun ke bawah, kecerdasan media sosial Bilawal juga populer di kalangan anak muda. Kendati demikian, ia sering diejek karena penguasaan bahasa Urdu yang buruk, bahasa nasional.
Para komentator politik memiliki pendapat yang beragam tentang kemampuan Bilawal —atau berapa lama dia dapat mempertahankan hubungan baik dengan perdana menteri Sharif, dari partai saingannya Liga Muslim Pakistan-N (PML-N).
"Saya yakin dia adalah rudal yang belum teruji," kata analis Hassan Askari Rizvi."Terlalu dini untuk anggota parlemen muda seperti Bilawal Bhutto, dan akan sulit baginya untuk menangani masalah yang dihadapi Pakistan, dengan tantangan serius di bidang eksternal."
Namun, analis Farzana Bari tidak setuju.“Saya pikir Bilawal cukup cerdas untuk mempertahankan benteng itu,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia “lebih progresif” daripada para pemimpin partai politik Pakistan lainnya.
Baca juga: Perjalanan Benazir Bhutto, Perdana Menteri Wanita Pertama di Negara Islam
SUMBER: ARAB NEWS