TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, membacakan apa yang dia klaim sebagai pesan teks terakhir dari seorang tentara Rusia kepada ibunya - menggambarkan kengerian pada perang yang sedang berlangsung sebelum prajurit itu tewas.
Pembacaan itu terjadi selama sidang darurat Majelis Umum PBB untuk membahas invasi Rusia ke Ukraina di New York, Senin, 28 Februari 2022.
Menurut Daily Mail, Kyslytsya dengan berapi-api bicara tentang kondisi negaranya, sambil menunjukkan tangkapan layar dari teks tentara tersebut.
"Bu, aku tidak lagi di Krimea," kata Kyslytsya menirukan oesan teks itu. "Aku tidak sedang dalam sesi latihan."
Ibunya bertanya, "Di mana kamu saat ini? Papa bertanya apakah aku bisa mengirimimu bingkisan."
"Paket macam apa yang bisa mama kirimkan untukku," jawabnya
"Apa yang sedang kamu bicarakan? Apa yang terjadi?"
'Mama, aku di Ukraina," jawabnya, sebelum menggambarkan kengerian yang terjadi.
"Ada perang nyata yang berkecamuk di sini. Saya takut. Kami mengebom semua kota bersama-sama, bahkan menargetkan warga sipil."
"Kami diberitahu bahwa mereka akan menyambut kami dan mereka jatuh di bawah kendaraan lapis baja kami, melemparkan diri mereka ke bawah kemudi dan tidak mengizinkan kami untuk lewat."
"Mereka menyebut kami fasis. Mama. Ini sangat sulit.'"
Kyslytsya mengatakan, pesan terakhir dikirim 'beberapa saat' sebelum prajurit itu terbunuh.
Rincian pesan tidak dapat diverifikasi.
Kyslytsya juga membandingkan tindakan Rusia dengan Nazi Jerman, saat ia menggambarkan negara militer menyerang tetangga yang lebih kecil dengan serangan udara mematikan terhadap warga sipil.
"Paralel yang sangat jelas dapat ditarik dengan awal Perang Dunia Kedua,' katanya.
"Dan tindakan Rusia sangat mirip dengan apa yang dilakukan oleh mentor spiritual mereka dari Third Reich di tanah Ukraina delapan tahun lalu."
Ia merujuk peristiwa pencapolkan Krimea oleh Rusia pada 2014 dengan mengawali bentrokan di bagian timur Donbas Ukraina.
Kyslytsya melanjutkan perbandingannya dengan mengejek keputusan Presiden Vladimir Putin menyiagakan pasukan nuklir.
"Jika dia ingin bunuh diri, dia tidak harus menggunakan senjata nuklir, dia harus melakukan apa yang dilakukan orang di Berlin di sebuah bunker pada tahun 1945," katanya, merujuk pada bunuh diri Hitler.
Kyslytsya mengakhiri bandingnya dengan peringatan bahwa tatanan internasional bergantung pada kelangsungan hidup Ukraina.
"Jika Ukraina tidak bertahan ... perdamaian internasional tidak akan bertahan," katanya. "Jika Ukraina tidak bertahan, PBB tidak akan bertahan."
Berikutnya: Invasi ke Ukraina versi Dubes Rusia di PBB