TEMPO.CO, Jakarta - Jenderal Ukraina mengatakan Ukraina tidak akan mampu menghadapi invasi Rusia tanpa bantuan sekutu Barat jika Moskow memang benar-benar menyerang Ukraina, menurut laporan New York Times pada Kamis, 9 Desember 2021.
Ukraina dalam beberapa bulan terakhir telah memamerkan sistem persenjataannya. Pada peringatan berdirinya 30 tahun angkatan bersenjata Ukraina, President Volodymyr Zelensky bahkan terlihat turun ke parit untuk memantau pasukan dan mengumumkan tank, kendaraan tempur baru, dan bahkan kapal perang untuk melawan separatis yang didukung Kremlin.
Namun, meski sistem persenjataan Ukraina berada pada tingkat lebih baik di banding sebelumnya, militer Ukraina tidak akan mampu untuk mengusir serangan penuh Rusia yang menurut pejabat Ukraina dan Barat sedang dipersiapkan Moskow.
Dengan hampir 100.000 tentara sekarang berkumpul di perbatasan timur, utara dan selatan Ukraina dan lebih banyak lagi akan dikerahkan, bahkan pejabat Ukraina yang bertanggung jawab atas pertahanan negara mereka mengakui bahwa tanpa masuknya sumber daya yang signifikan, pasukan mereka tidak memiliki banyak peluang.
"Sayangnya, Ukraina perlu bersikap objektif pada tahap ini," kata Jenderal Kyrylo O. Budanov, kepala dinas intelijen militer Ukraina, dikutip dari New York Times, 10 Desember 2021.
"Tidak ada sumber daya militer yang cukup untuk menangkis serangan skala penuh oleh Rusia jika itu dimulai tanpa dukungan pasukan Barat," katanya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengunjungi posisi angkatan bersenjata di dekat garis depan dengan separatis yang didukung Rusia selama perjalanan kerjanya di wilayah Donbass, Ukraina 8 April 2021. Pada 26 Maret silam, empat serdadu Ukraina tewas akibat tembakan senjata artileri Rusia ke kawasan timur Ukraina. Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS
Jenderal Budanov menguraikan skenario terburuk tentang invasi Rusia, yang akan dimulai dengan serangan udara dan serangan roket yang awalnya ditujukan ke gudang amunisi dan pasukan yang berlindung di parit. Sangat cepat, katanya, militer Ukraina akan dilumpuhkan, kepemimpinannya tidak dapat mengoordinasikan pertahanan dan memasok garis depan. Setelah itu, katanya, tanggung jawab akan jatuh ke komandan garis depan untuk melanjutkan perjuangan sendirian.
"Mereka akan bertahan selama ada peluru," kata Jenderal Budanov. "Mereka akan dapat menggunakan apa yang mereka miliki di tangan mereka, tetapi percayalah tanpa pengiriman cadangan, tidak ada pasukan di dunia yang dapat bertahan."
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan Kyiv berharap akan didukung oleh sekutu militer Barat bahkan jika Amerika Serikat tidak mengirim pasukan ke sana. Joe Biden telah mengumumkan Amerika Serikat tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina.
Dalam panggilan video hari Selasa, Joe Biden menyuarakan keprihatinan tentang penumpukan militer Rusia dan mengatakan kepada Vladimir Putin bahwa Moskow akan menghadapi konsekuensi ekonomi yang serius jika menyerbu Ukraina.
"Kami akan berjuang sendiri dalam perang ini," kata Kuleba kepada investor di London, dilaporkan Reuters. "Kami tahu bagaimana berperang. Kami tidak membutuhkan pasukan asing yang berperang untuk kami. Tapi kami akan menghargai apa pun yang dapat memperkuat tentara kami dalam hal perbekalan militer."
Sementara itu, Rusia terus melakukan rentetan retorika permusuhan terhadap Ukraina pada Kamis dan membandingkan krisis di sana dengan momen paling berbahaya dari Perang Dingin.
Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh Ukraina memindahkan artileri berat ke garis depan pertempuran dengan separatis pro-Rusia di timur bekas republik Uni Soviet dan gagal terlibat dalam proses perdamaian, Reuters melaporkan.
"Peristiwa di Donbass, atau zona konflik di Ukraina timur, sekarang menyerupai genosida," kata kantor berita negara TASS mengutip pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis.
Seorang pria melihat kapal perang Angkatan Laut Rusia menjelang parade Hari Angkatan Laut di pelabuhan Laut Hitam Sevastopol, Krimea, 23 Juli 2021. REUTERS/Alexey Pavlishak
Sebuah kapal perang Ukraina menuju Selat Kerch, yang memisahkan Rusia dan semenanjung Krimea yang dicaploknya, dan tidak bereaksi terhadap permintaan Rusia untuk mengubah arahnya, kata dinas intelijen Rusia (FSB) tentang peristiwa yang terjadi pada Kamis pagi.
Kapal Ukraina kemudian kembali, Interfax melaporkan, mengutip FSB.
Menteri pertahanan Ukraina mengatakan itu adalah kapal pencarian dan penyelamatan tanpa senjata di dalamnya.
"Negosiasi mengenai penyelesaian damai praktis menemui jalan buntu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada wartawan, merujuk pada konflik tujuh tahun antara pasukan Ukraina dan separatis di wilayah Donbass timur.
Militer Ukraina menuduh separatis yang didukung Rusia di timur negara itu melakukan enam pelanggaran baru dari gencatan senjata 2020 yang gagal pada hari Kamis, tiga di antaranya melibatkan senjata yang dilarang di bawah kesepakatan damai sebelumnya yang Moskow dan Kyiv katakan mereka coba untuk hidupkan kembali.
Baca juga: Joe Biden Mau Sanksi Bank Terbesar Rusia Jika Putin Menyerang Ukraina
NEW YORK TIMES | REUTERS | TASS