TEMPO.CO, Jakarta - Qatar sangat yakin mengakui pemerintahan Afghanistan yang sekarang dikendalikan Taliban bukan prioritas. Qatar ingin lebih fokus pada upaya membangun hubungan dengan pemerintahan baru di Afghanistan dan mengatasi masalah-masalah kemanusiaan di sana.
“Kami rasa pengakuan sekarang ini bukan sebuah prioritas. Yang lebih penting adalah kami berbicara soal kemanusiaan, pendidikan dan warga diizinkan melakukan perjalanan dengan bebas,” kata Mutlaq al-Qahtani, utusan khusus dari Kementerian Luar Negeri Qatar.
Al-Qahtani mendesak negara-negara di dunia agar mau membuka pintu komunikasi dengan Taliban yang sekarang secara de facto menjadi otoritas di Afghanistan. Saat yang sama, al-Qahtani juga menedesak kelompok radikal itu agar bertindakan dengan bertanggung jawab dan menghormati hak-hak perempuan untuk bekera dan ke sekolah bagi murid perempuan.
Delegasi Taliban bertemu dengan delegasi Qatar di Doha, Qatar, dalam foto yang diunggah ke media sosial pada 9 Oktober 2021. Handout media sosial/via REUTERS
Qatar saat ini dipandang sebagai salah satu negara yang cukup di dengar oleh Taliban. Qatar sekarang ini sedang menjadi tuan rumah perundingan antara Taliban dengan negara-negara Barat.
Menurut al-Qahtani, satu-satunya cara untuk bergerak maju adalah menawarkan pada Taliban lebih banyak kerja sama, kolaborasi dan bantuan. Namun Afghanistan harus bergerak pula menuju sebuah inklusifitas pemerintah, di mana masyarakat Afghanistan memutuskan sendiri masa depan mereka.
Taliban sudah dua bulan berkuasa di Afghansitan. Taliban sekarang ini di dorong untuk membangun sejumlah hubungan dengan negara-negara lain guna membantu Afghanistan mengatasi krisis ekonomi di sana. Sayangnya, sejauh ini Taliban belum mau mengizinkan murid perempuan (SMA) kembali ke sekolah, padahal itu salah satu tuntutan komunitas internasional.
Baca juga: Pengungsi Afghanistan Ingin Kembali ke Negara Asal
Sumber: Reuters