TEMPO.CO, Jakarta - Rusia pada Jumat, 27 Agustus 2021 menyerukan agar dilakukan langkah nyata segera dalam membantu mendirikan Pemerintahan sementara Afghanistan setelah serangan bom bunuh diri pada Kamis, 26 Agustus 2021 di luar Bandara Kabul. Rusia sangat yakin kelompok garis keras Islamic State (ISIS) telah mencoba memanfaatkan kekacauan di Afghanistan dan membahayakan semua orang.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan intelijen Rusia bekerja berkejaran dengan waktu untuk mencegah kekacauan di Afghanistan merambat sampai ke sekutu-sekutu Rusia di wilayah Asia Tengah, yang merupakan negara bekas pecahan Uni Soviet.
Orang-orang mengantre untuk naik ke sebuah pesawat militer Jerman dan meninggalkan Kabul di bandara Kabul, Afghanistan, pada 24 Agustus 2021. Taliban menegaskan tidak akan memperpanjang batas evakuasi warga yang dilakukan oleh negara asing. (Xinhua)
Rusia mengutuk serangan bom bunuh diri pada Kamis kemarin di luar gerbang Bandara Kabul, yang menewaskan 85 orang. Dari jumlah itu, 13 orang adalah tentara Amerika Serikat.
“Tentu saja kami melihat perlunya diambil tindakan dengan cepat dalam mengulurkan bantuan pada masyarakat Afghanistan sehingga mereka bisa membentuk sebuah pemerintahan transisi yang inklusif dalam tempo secepat-cepatnya. Pemerintahan inklusif tersebut termasuk kekuatan politik terbesar di Afghanistan,” kata Lavrov.
Sedangkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan serangan bom bunuh diri pada Kamis kemarin telah menambah ketegangan di Afghanistan sehingga hampir setiap orang di sana merasakan bahaya.
Kantor berita Interfax mewartakan aliansi keamanan CSTO yang dipimpin oleh Moskow mengumumkan akan menggelar latihan militer gabungan di Kyrgyzstan dan Tajikistan terhitung mulai September sampai Oktober 2021, yang melibatkan ribuan pasukan.
Baca juga: Rusia Tidak Ingin Buru-buru Akui Taliban Sebagai Penguasa Sah Afganistan
Sumber: Reuters