TEMPO.CO, Jakarta - Rusia tidak terburu-buru untuk mengakui Taliban sebagai otoritas yang sah di Afganistan, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Selasa.
Namun Lavrov menyerukan pemerintah inklusif untuk dibentuk yang melibatkan semua kelompok etnis Afganistan.
"... Kami melihat tanda-tanda menggembirakan dari Taliban yang mengatakan mereka ingin memiliki pemerintahan yang mencakup kekuatan politik lainnya," kata Lavrov kepada wartawan, dilaporkan Reuters, 18 Agustus 2021.
"Tetapi akan terlalu dini untuk mengatakan bahwa kami akan mulai membuat beberapa langkah politik secara sepihak," ujarnya.
Lavrov mendesak semua kelompok etnis di Afganistan untuk mengadakan pembicaraan tentang masa depan negara itu setelah penarikan pasukan pimpinan Amerika Serikat, yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan sebelumnya.
Mengutip Kedutaan Besar Rusia di Kabul, kantor berita Rusia RIA melaporkan pada Selasa bahwa pembicaraan sedang berlangsung antara Duta Besar Dmitry Zhirnov dan perwakilan Taliban.
Duta Besar Rusia di Kabul Dmitry Zhirnov pada Selasa mengatakan ia telah membahas keamanan kedutaan Rusia pada pertemuan dengan perwakilan dari gerakan Taliban.
"Pertemuan itu terutama berfokus pada keamanan kedutaan," kata diplomat itu kepada televisi Rossiya-24, dikutip dari TASS.
"Mereka adalah perwakilan dari eselon senior Taliban, yang menerima penyerahan pasukan keamanan nasional Afganistan yang tersisa yang telah bubar dengan sendiri," kata Zhirnov. Sebagai catatan, gerakan Taliban dilarang di Rusia.
Menurut duta besar, pertemuan itu positif dan konstruktif dan Taliban sekali lagi menjamin keamanan Kedutaan Besar Rusia. "Perwakilan Taliban mengatakan bahwa Taliban memiliki pendekatan yang paling ramah dan baik ke Rusia. Mereka menegaskan kepada kami jaminan keamanan kedutaan, dan kami menerima 'ya' untuk semua pertanyaan yang lebih konkret yang menentukan seluruh rangkaian aspek yang terkait dengan keamanan," tambah Zhirnov.
Setelah Amerika Serikat mengumumkan penarikan pasukan dari Afganistan, Taliban melancarkan serangan besar-besaran terhadap tentara pemerintah Afganistan dan pada 15 Agustus memasuki Kabul tanpa perlawanan.
Baca juga: Rusia Anggap Kabul Terlihat Lebih Aman di Tangan Taliban Daripada Afghanistan
REUTERS | TASS