TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada hari Sabtu, Uni Eropa belum mengakui Taliban dan juga tidak mengadakan pembicaraan politik dengan militan, seminggu setelah mereka menguasai Afghanistan.
Taliban menguasai Afghanistan pada hari Minggu, berjalan ke ibu kota Kabul tanpa melepaskan tembakan, setelah serangan kilat hanya beberapa hari.
Kepala eksekutif UE berbicara setelah mengunjungi pusat penerimaan di Madrid untuk karyawan Afghanistan dari lembaga UE yang dievakuasi dari Kabul.
Dikutip dari Reuters, 22 Agustus 2021, Von der Leyen mengatakan dia akan mengusulkan peningkatan 57 juta euro (Rp964 miliar) bantuan kemanusiaan yang telah dialokasikan Komisi Uni Eropa tahun ini untuk Afghanistan.
Dia mengatakan bantuan pembangunan Uni Eropa terkait dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia, perlakuan yang baik terhadap minoritas dan penghormatan terhadap hak-hak perempuan dan anak perempuan.
"Kami mungkin mendengar kata-kata Taliban tetapi kami akan mengukur mereka di atas segalanya dengan perbuatan dan tindakan mereka," kata von der Leyen pada konferensi pers.
Milisi Taliban memasuki istana kepresidenan Afganistan beberapa jam setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu, 15 Agustus 2021, dalam tangkapan gambar dari Al Jazeera TV.[Al Jazeera]
Von Der Leyen mengatakan Komisi Uni Eropa siap menyediakan dana untuk negara-negara Uni Eropa yang membantu memukimkan kembali pengungsi, dan dia berencana untuk mengangkat masalah pemukiman kembali pada KTT G7 minggu depan.
Setelah mencapai puncaknya pada tahun 2015 ketika lebih dari satu juta migran datang ke UE, sebagian besar dari Suriah, Afghanistan, dan Irak, Uni Eropa telah memangkas jumlah kedatangan berkat kesepakatan dengan Turki yang menerima dana UE untuk menampung pencari suaka di wilayahnya.
Sebelumnya, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, pada Selasa mengatakan Uni Eropa hanya akan bekerja sama dengan Taliban jika mereka menghormati hak-hak fundamental, termasuk hak-hak perempuan, dan mencegah penggunaan wilayah Afghanistan oleh teroris.
Josep Borrell menguraikan sikap UE setelah pertemuan darurat para menteri luar negeri Uni Eropa untuk membahas perebutan cepat ibu kota Afghanistan Kabul oleh Taliban, dilaporkan Reuters.
Taliban, dalam jumpa pers resmi pertama mereka sejak menguasai Kabul, mengatakan mereka menginginkan hubungan damai dengan negara lain dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam.
Baca juga: Boris Johnson Singgung Kemungkinan Kerja Sama dengan Taliban
REUTERS