TEMPO.CO, Jakarta - Menteri luar negeri dari negara-negara anggota G7 mendesak masyarakat internasional pada Kamis, 19 Agustus 2021, agar bersatu dalam menanggapi krisis di Afghanistan. Dengan begitu, krisis diharapkan tidak semakin memburuk.
Selama akhir pekan lalu, militan Taliban merebut kendali Afghanistan hingga menimbulkan pergolakan. Ribuan warga sipil dan sekutu militer Afghanistan berusaha melarikan diri demi keselamatan mereka.
Masih banyak warga Afghanistan yang skeptis tentang pernyataan Taliban yang menggambarkan sekarang ini mereka merupakan kelompok yang sudah lebih moderat ketimbang Taliban saat membentuk pemerintahan islam yang ketat pada akhir 1990-an.
“Para Menteri Luar Negeri di G7 menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bersatu dengan misi bersama untuk mencegah meningkatnya krisis di Afghanistan,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.
Ratusan pengungsi dari Afghanistan tiba dengan pesawat angkut militer Airbus A400 milik Luftwaffe Angkatan Udara Jerman di Tashkent, Uzbekistan, 17 Agustus 2021. Jerman mengevakuasi ratusan warga Afghanistan yang merasa terancam dengan berkuasanya Taliban di negaranya. Marc Tessensohn/Twitter @Bw_Einsatz/REUTERS
Inggris saat itu memegang kepemimpinan di G7. Kepemimpinan di G7 bersifat giliran. Sedangkan negara anggota G7 diantaranya Amerika Serikat, Italia, Prancis, Jerman, Jepang dan Kanada.
“Krisis di Afghanistan memerlukan tanggapan internasional, yang serius. Krisis telah berdampak pada Afghanistan dan kawasan,” demikian pernyataan para Menteri Luar Negeri G7.
Sebelumnya pada Rabu, 18 Agustus 2021, Inggris mengatakan pada tahun ini akan mengucurkan bantuan kemanusiaan dan pembangunan ke Afghanistan sebesar GBP 286 juta (Rp 5,6 triliun).
Karen Pierce, Duta Besar Inggris untuk Amerika Serikat, mengatakan Inggris ingin mengadakan pertemuan dengan para pemimpin G7 pada pekan depan untuk mencari tahu bagaimana mempertahankan keuntungan yang telah mereka (G7) buat dan bagaimana menghentikan Afghanistan sebagai tempat berkembang biaknya teror.
Menurut Pierce Inggris dan Amerika Serikat telah melakukan kontak hampir setiap hari dengan pemerintahan Presiden Joe Biden sejak NATO menyetujui keputusan untuk menarik pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan.
Inggris berharap bisa berkoordinasi dengan mitra sekutunya dalam untuk merespon pemerintah baru Afghanistan sehingga semua pihak bisa bekerja dengan adil, melawan terorisme, menegakkan HAM , menciptakan stabilitas regional dan mengatasi masalah kemanusiaan.
Secara terpisah, Raab mengatakan pada Kamis malam, 19 Agustus 2021, bahwa Inggris dan Turki bekerja sama di Afghanistan untuk memastikan evakuasi berlanjut dengan aman. Dia berterima kasih kepada Turki atas komitmennya menjaga bandara Kabul bersama pasukan Inggris.
Sedangkan Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Raab dalam sebuah panggilan telepon bahwa dunia harus memimpin dan mendukung Afghanistan saat bergerak ke pemerintahan baru, alih-alih memberikan banyak tekanan kepadanya.
Baca juga: Taliban Berkuasa, LGBT di Afghanistan Ketakutan
Afifa Rizkia Amani | Reuters.com