TEMPO.CO, Jakarta - Upaya Belanda untuk melakukan evakuasi warga negaranya di Afganistan pada Selasa malam, 17 Agustus 2021, tidak berhasil. Penyebabnya kegaduhan di luar Bandara Kabul sehingga menyebabkan orang-orang yang berhak berangkat meninggalkan Afghanistan, tidak bisa masuk pesawat.
Belanda awalnya bermaksud mengeavakuasi sekitar seribu pegawai di kantor Kedutaan Besar Belanda. Jumlah itu termasuk staf lokal yang bekerja untuk Kedutaan Besar Belanda, penterjemah dan para anggota keluarga mereka.
Pengungsi memadati interior pesawat angkut C-17 Globemaster III Angkatan Udara AS, membawa sekitar 640 warga Afganistan ke Qatar dari Kabul, Afganistan, 15 Agustus 2021. [Courtesy of Defense One/via REUTERS]
Menteri Luar Negeri Belanda Sigrid Kaag mengatakan sebuah pesawat militer sudah dikerahkan oleh Belanda, begitu pula beberapa negara Eropa lainnya, yang hendak mengevakuasi warga negaranya dan warga Afghanistan yang memenuhi syarat meninggalkan negara itu. Namun dalam penerbangan Selasa sore itu tidak ada penumpang dengan tujuan penerbangan Belanda.
“Ini sungguh mengesalkan. Padahal banyak yang sudah berada di gerbang bandara bersama anggota keluarga mereka,” kata Kaag.
Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang menjaga bandara, tidak mengizinkan warga negara Afghanistan untuk masuk bandara sekalipun mereka punya surat pengantar yang memberikan mereka hak untuk naik pesawat. Pesawat pun hanya boleh berada di Bandara Kabul selama 1,5 jam.
“Saya harap situasi akan membaik pada Rabu, 19 Agustus 2021 (waktu setempat). Kami sedang mencoba mematangkan rencana dan memastikan semua orang berhak dievakuasi bisa terangkut,” kata Kaag.
Baca juga: Joe Biden: Keberadaan Tentara Amerika di Afghanistan Bisa Diperpanjang
Sumber: Reuters