TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat mengutuk serangan Taliban terhadap mantan penerjemah Afganistan dan lainnya, serta penghancuran infrastruktur, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat, menyerukan kepada Taliban untuk mencegah pasukan mereka melakukan tindakan tersebut.
"Kami mengutuk keras serangan yang ditargetkan, penghancuran infrastruktur vital, serta serangan lain terhadap rakyat Afganistan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter, dikutip dari Reuters, 24 Juli 2021.
Ada ketakutan muncul di antara banyak warga Afganistan yang bekerja sama dengan militer AS sebelum penarikan pasukan asing.
Pada 12 Mei lalu, Sohail Pardis, seorang penerjemah untuk militer AS yang telah bekerja selama 16 bulan, dibunuh saat dia mengemudi dari Kabul ke Provinsi Khost untuk menjemput saudarinya untuk merayakan Idul Fitri bersama, CNN melaporkan.
Pardis, 32 tahun, dicegat di jalan di tengah gurun oleh Taliban. Warga desa yang menyaksikan insiden itu mengatakan kepada Palang Merah bahwa Taliban menembaki mobilnya. Mayat Pardis dikeluarkan dari mobil dan dia dipenggal.
Orang-orang berdiri di atas kendaraan memegang bendera Taliban ketika orang-orang berkumpul di dekat titik persimpangan Gerbang Persahabatan di kota perbatasan Chaman, Pakistan-Afganistan, Pakistan 14 Juli 2021.[REUTERS / Abdul Khaliq Achakzai]
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Juni, Taliban mengatakan tidak akan membahayakan mereka yang bekerja bersama pasukan asing.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan kepada CNN bahwa mereka berusaha untuk memverifikasi rincian insiden itu, tetapi mengatakan beberapa insiden tidak seperti yang digambarkan.
Tetapi warga Afganistan yang pernah bekerja dengan militer AS, mengatakan hidup mereka sekarang berada di bawah ancaman ketika Taliban melancarkan serangan balas dendam setelah penarikan AS dari Afganistan. Pada puncak perang, ada sekitar 100.000 tentara AS di negara itu, sebagai bagian dari pasukan NATO.
"Kami tidak bisa bernapas di sini. Taliban tidak memiliki belas kasihan pada kami," kata Ayoubi, salah satu dari warga yang bekerja dengan militer AS.
Sekitar 18.000 warga Afganistan yang bekerja untuk militer AS telah mengajukan program Visa Imigran Khusus yang memungkinkan mereka pergi ke Amerika Serikat.
Pada 14 Juli, Gedung Putih mengatakan pihaknya meluncurkan "Operation Allies Refuge", sebuah upaya untuk merelokasi ribuan penerjemah Afganistan yang bekerja untuk AS dan yang nyawanya kini terancam. Evakuasi akan dimulai pada minggu terakhir Juli untuk pemohon Visa Imigran Khusus (SIV) yang sudah dalam proses, kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan sejumlah negara untuk bertindak sebagai tempat yang aman sampai AS dapat menyelesaikan proses visa yang panjang, sebuah tanda yang jelas bahwa pemerintah sangat menyadari ancaman yang ditimbulkan oleh Taliban.
"Departemen Pertahanan sedang mempertimbangkan opsi di mana warga negara Afganistan dan keluarga mereka berpotensi pergi," kata juru bicara Pentagon John Kirby pada Rabu.
Pada Jumat Kanada mengumumkan akan membawa penerjemah Afganistan, staf kedutaan dan keluarga mereka di tengah situasi yang memburuk di Afghanistan, dengan mengatakan mereka telah menjadi sasaran Taliban.
"Kanada ada di sini untuk membantu mereka yang mendukung kami," kata Menteri Imigrasi Marco Mendicino, Reuters melaporkan.
Mendicino mengatakan beberapa ribu orang akan memenuhi syarat dan pendatang pertama akan segera mendarat di Kanada.
Anggota Pasukan Khusus Afghanistan setelah pertempuran hebat dengan Taliban selama misi penyelamatan seorang polisi yang terkepung di provinsi Kandahar, Afghanistan, 13 Juli 2021. REUTERS/Danish Siddiqui
Sebelumnya Reuters melaporkan bulan ini, Kanada berencana untuk merelokasi penerjemah Afganistan dan lainnya sesegera mungkin sehubungan dengan penarikan militer Amerika Serikat yang akan segera terjadi.
"Kami menghargai bahwa ada kebutuhan untuk bertindak cepat dan tegas tetapi kami juga harus melakukannya dengan aman mengingat situasi yang sangat dinamis dan memburuk," kata Mendicino pada konferensi pers yang disiarkan televisi di Ottawa.
Dia tidak memberikan jumlah spesifik orang yang akan diterima atau mengatakan kapan tepatnya mereka akan tiba.
"Banyak warga Afganistan menempatkan diri mereka dalam risiko untuk membantu Kanada ... sekarang mereka menghadapi ancaman yang lebih besar dari Taliban," katanya.
Saat ini gerilyawan Taliban menguasai lebih banyak dan lebih banyak wilayah, mendorong kembali pasukan Afganistan yang kewalahan.
Militer AS melakukan dua serangan terhadap Taliban dengan drone pada Kamis malam untuk mendukung pasukan Afganistan di Provinsi Kandahar, untuk mencegah gerilyawan merebut peralatan militer AS milik pasukan Afganistan.
Baca juga: Kalah di Berbagai Front, Militer Afganistan Rombak Strategi Melawan Taliban
REUTERS | CNN