TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengkonfirmasi pembantaian yang terjadi di Burkina Faso, yang menewaskan lebih dari 130 orang pada bulan ini, dilakukan oleh militan yang sebagian besar masih anak-anak. Mereka berusia antara 12 tahun dan 14 tahun.
Pembantaian bersenjata itu persisnya terjadi di desa Solhan pada 4 Juni 2021. Solhan adalah wilayah, yang diganggu oleh kelompok radikal yang terkait dengan ISIS dan al-Qaeda.
Sekelompok orang bersenjata menyerang sebuah gereja di Burkina Faso dan menewaskan 24 orang jamaah. Reuters
Pada 4 Juni itu, masyarakat dikejutkan oleh hujan tembakan dan rumah-rumah warga yang dibakar. Itu adalah serangan terburuk di Burkina Faso dalam beberapa tahun.
Juru bicara Pemerintah Burkina Faso Ousseni Tamboura mengatakan mayoritas pelaku penyerangan dalam insiden itu adalah anak-anak. Kenyataan tersebut memicu kecaman dari PBB.
“Kami mengutuk perekrutan anak-anak dan remaja oleh kelompok-kelompok bersenjata non-negara. Ini adalah kuburan kekerasan atas hak-hak fundamental mereka,” demikian keterangan UNICEF, Kamis 24 Juni 2021.
Meskipun ada intervensi dari pasukan perdamaian PBB dan tentara internasional, serangan-serangan yang dilakukan kelompok ekstrimisme masih berlanjut di wilayah Sahel, Afrika Barat, yang juga bertetangga dengan Mali dan Niger.
Sejumlah pejabat daerah di wilayah utara Burkina Faso mengatakan tentara anak sudah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal dalam lebih dari setahun ini. Namun serangan pada bulan ini telah menjadi kasus paling parah.
Baca juga: Utusan Khusus PBB Angelina Jolie Kunjungi Kamp Pengungsi di Burkina Faso
Sumber; Reuters