TEMPO.CO, Jakarta - Sanksi Uni Eropa untuk Belarus perihal pembajakan pesawat Ryanair pada Mei lalu kian jelas. Menurut tiga diplomat Uni Eropa, yang enggan disebutkan namanya, sanksi bakal mengincar maskapai penerbangan nasional Belarus beserta pejabat-pejabat penerbangannya.
Ketiga diplomat berkata bahwa bahwa kedua sanksi tersebut belum mencakup semuanya. Uni Eropa, kata mereka, sedang menyiapkan sanksi-sanksi tambahan yang diyakini pembekuan aset pemerintah dan perusahaan Belarus di Benua Biru.
Jika tidak ada halangan, sanksi-sanksi tersebut bakal disetujui pada 21 Juni nanti. Tanggal tersebut adalah momen di mana para menteri luar negeri Eropa dijadwalkan berkumpul lagi.
"Negara-negara anggota Uni Eropa setuju dengan pendekatan ini. Mereka menganggapnya sebagai sinyal jelas bahwa aksi-aksi Presiden Belarus Alexander Lukashenko adalah berbahaya dan tak bisa diterima," ujar salah satu diplomat, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 1 Juni 2021.
Ketiga diplomat melanjutkan bahwa meski sanksi ekonomi masih akan dibahas hingga 21 Juni nanti, mereka menyakini Uni Eropa bakal memberikan hukuman permulaan dulu. Hukuman tersebut, kata mereka, berupa larangan pesawat Belarus untuk mendarat di Uni Eropa ataupun melintasinya.
Blogger dan aktivis oposisi Roman Protasevich, yang dituduh berpartisipasi dalam protes tanpa izin di cagar alam Kuropaty, tiba untuk sidang di Minsk, Belarusia 10 April 2017. Gambar diambil 10 April 2017. [REUTERS / Stringer]
Meski hukuman itu belum diumumkan secara formal oleh Uni Eropa, beberapa negara anggota sudah menerapkannya. Salah satunya adalah Prancis yang memaksa Pesawat Belarus untuk memutar ketika hendak melintasi zona penerbangannya Mei lalu.
Jika sanksi-sanksi itu terealisasi, maka pejabat-pejabat yang dipredikasi bakal terkena hukuman adalah pejabat Kementerian Pertahanan, pejabat Kementerian Perhubungan, pejabat Angkatan Udara, serta pejabat Bandara Minsk. Secara posisi, mereka yang terlibat aktif dalam insiden pembajakan Ryanair.
Insiden pembajakan Ryanair itu sendiri terjadi pada 23 Mei ketika Pemerintah Belarus mengerahkan jet tempur untuk memaksa turun pesawat yang membawa jurnalis oposisi Roman Protasevich dan kekasihnya. Pemerintah Belarus menggunakan alasan bom di pesawat untuk memaksa pilot Ryanair mendaratkan pesawat di Minsk.
Protasevich bersama kekasihnya langsung ditangkap begitu pesawat mendarat di Minsk. Protasevich sendiri dikabarkan sudah panik ketika mendapati jet tempur MIG-29 tiba-tiba muncul di dekat pesawat yang ia tumpangi. Di momen itu, Protasevich menyadari dirinya akan ditahan, paling buruk dihukum mati, atas perlawanannya terhadap Pemerintah Belarus.
Baca juga: Rusia Beri Belarus Pinjaman Rp7 Triliun untuk Hadapi Sanksi Pembajakan Ryanair
ISTMAN MP | REUTERS