TEMPO.CO, Jakarta - Kanselir Jerman Angela Merkel pada Jumat, 16 April 2021, mendesak anggota parlemen agar menyetujui pemberian wewenang baru sehingga memungkinkan Merkel memberlakukan lockdown nasional dan menerapkan jam malam pada area-area tertentu yang angka infeksi virus coronanya tinggi.
Merkel menyebut, sebagian besar warga negara Jerman setuju dengan aturan yang lebih ketat demi menghentikan penyabaran wabah virus corona.
Baca Juga:
“Gelombang ketiga wabah virus corona membuat negara kita berada dalam cengkraman yang kuat,” kata Merkel, dalam sebuah pidato dihadapan anggota parlemen.
Orang-orang mengantre di luar pusat pengujian coronavirus (COVID-19) di Frankfurt, Jerman, 18 Maret 2020. REUTERS/Kai Pfaffenbach
Menurut Merkel, tenaga kesehatan yang bertugas di ICU sedang mengirimkan sinyal kalau mereka lelah (tertekan). Dengan begitu, masyarakat sebaiknya tidak mengabaikan permohonan mereka.
Merkel ingin parlemen Jerman mengubah undang-undang Infection Protection Act sehingga memungkinkan otoritas federal memberlakukan aturan-aturan yang lebih ketat meskipun pejabat di pemerintah daerah menolaknya. Langkah ini diharapkan bisa mengurangi tekanan pada petugas medis yang bertugas di ICU-ICU.
Rencana pemberlakuan jam malam dan memberikan pemerintah federal wewenang baru sehingga bisa memaksakan aturan pada 16 negara bagian di Jerman, telah menuai kritikan dari kubu konservatif Jerman. Hasil beberapa survei memperlihatkan aturan tersebut bisa membuat hasil pemilu untuk kubu Merkel pada September nanti, kurang memuaskan.
Tidak seperti Inggris dan Prancis, Jerman masih ragu-ragu memberlakukan pembatasan ruang-gerak masyarakatnya di negara itu. Jerman dikenal sebagai negara yang melindungi kebebasan berdemokrasi setelah pengalaman di masa lalu pada era Nazi dan komunis.
Dalam pidatonya, Merkel mengakui wewenang baru ini bukanlah peluru solusi bagi pandemi Covid-19. Sebab ini hanya bisa dikalahkan oleh vaksin virus corona. Sedangkan ketua parlemen Jerman dari Partai AfD Alice Weidel mengatakan kebijakan baru ini adalah sebuah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kebebasan dasar berdemokrasi.
Baca juga: Diprotes, Kanselir Jerman Angela Merkel Batalkan Lockdown COVID-19 Saat Paskah
Sumber: Reuters