TEMPO.CO, Jakarta - Militer Myanmar menolak dimintai tanggung jawab atas warga-warga yang tewas mereka bunuh selama kudeta. Menurut juru bicara Militer Myanmar, Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, justru para demonstran yang seharusnya bertanggung jawab karena mereka melibatkan anak-anak dalam unjuk rasa.
"Di berbagai tempat, mereka melibatkan anak-anak untuk ikut serta dalam unjuk rasa yang rusuh. Karena itu, mereka (anak-anak) bisa saja tertembak ketika kami menindak demonstran," ujar Zaw Min Tun dalam wawancara dengan CNN, Jumat, 9 April 2021.
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), puluhan anak meninggal selama kudeta Myanmar berlangsung. Total, per wawancara dilangsungkan, ada 46 anak yang tercatat tewas dibunuh personil Militer myanmar. Ada mereka yang dibunuh di dalam rumah, ada juga yang dibunuh ketika mereka tengah bermain di luar.
Zaw Min Tun berkata, tidak mungkin personil Militer Myanmar dengan sengaja menembak anak-anak di dalam rumah mereka. Jika itu benar terjadi, menurut Zaw Min Tun, maka investigasi sudah akan dilakukan terhadap personil-personil Militer Myanmar. Fakta di lapangan, banyak bukti berupa video yang menunjukkan penembakan anak-anak terjadi di rumah mereka.
"Jika itu benar terjadi, tentu bakal ada investigasi. Mungkin banyak beredar video yang mencurigakan, namun personil kami tidak pernah berniat untuk menembak orang yang tak bersalah," ujar Zaw Min Tun membela diri.
Penduduk desa memprotes kudeta militer, di kota Launglon, Myanmar 4 April 2021 dalam gambar yang diperoleh dari media sosial ini. [Dawei Watch / melalui REUTERS]
Salah satu anak Myanmar yang tewas ditembak di rumahnya adalah Htoo Myat Win, 13 tahun. Ia meninggal pada 27 Maret lalu ketika militer Myanmar menembaki rumahnya tanpa alasan jelas.
"Saya berhasil menghindar, namun anak saya mendekati jendela dan ia tertembak di dada. Saya tidak paham kenapa mereka harus menembaki kami yang berada di rumah," ujar ayah dari Htoo Myat Win. Adapun sang ayah kemudian menyatakan bahwa ia menyembunyikan sejumlah demonstran di rumahnya untuk melindungi mereka.
Hal yang paling membuat dirinya kesal, kata ayah Htoo Myat Win, adalah hasil otopsi dokter. Dokter yang bertugas berusaha menyembunyikan fakta bahwa Htoo Myat Win ditembak oleh Militer Myanmar dalam surat keterangan otopsinya.
Sejak kudeta berlaku pada 1 Februari lalu, Militer Myanmar sudah membunuh kurang lebih 600 orang dan menangkap 2000an orang. Penangkapan tersebut berpotensi bertambah karena ratusan surat penangkapan telah diterbitkan Militer Myanmar untuk tokoh-tokoh publik seperti selebritas dan influencer yang dianggap memprovokasi perlawanan.
Baca juga: Demonstran Myanmar Melawan Junta Militer dengan Senapan Berburu dan Bom Molotov
ISTMAN MP | CNN