TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku penyerangan gereja di Prancis membawa dokumen Palang Merah ketika dilumpuhkan oleh kepolisian Prancis, menurut Jaksa Anti-teror Prancis, Jean-François Ricard, pada Kamis.
Brahim Aouissaoui, 21 tahun, yang menurut pihak berwenang Prancis memasuki kota Bari di Italia selatan pada 9 Oktober, tidak dikenal oleh dinas intelijen Prancis dan tidak ada dalam file sidik jari nasional, menurut Ricard.
"Ini mengingatkan kita dengan menyakitkan betapa ideologi mematikan terorisme Islam tetap hidup dan sehat, serta keinginannya untuk menyerang kebebasan kita, kebebasan paling esensial kita, kebebasan berekspresi, kebebasan mengajar, kebebasan beribadah," kata Ricard selama konferensi pers, dikutip dari CNN, 30 Oktober 2020.
Gerakan Brahim Aouissaoui pada hari penyerangan, terekam oleh video pengawas, menunjukkan dia tiba di stasiun kereta Nice dan mengganti pakaiannya segera setelah pukul 8 pagi. Dia kemudian berjalan 400 meter ke Basilika Notre-Dame di mana dia melakukan serangan selama 28 menit, menewaskan tiga orang.
Mayat dua orang ditemukan di dalam basilika. Seorang perempuan berusia 60 tahun ditemukan di pintu masuk basilika, dengan luka di tenggorokan yang sangat dalam, kata Ricard.
Mayat kedua adalah seorang pria berusia 55 tahun, yang menjabat sebagai Sacristan di basilika, juga meninggal karena luka di tenggorokan.
Korban ketiga seorang perempuan berusia 44 tahun yang meninggal di sebuah restoran di dekat beberapa luka tusukan, yang baru saja meninggalkan gereja dan tewas beberapa menit kemudian.
Kurang dari 30 menit kemudian, tim yang terdiri dari empat petugas polisi tiba dan menembak Aouissaoui. Penyerang, yang diidentifikasi oleh pejabat Italia sebagai imigran dari Tunisia, maju ke arah polisi dengan mengancam dan meneriakkan Allah Akbar. "Mereka (polisi) memberi peringatan dengan menggunakan pistol listrik dan kemudian menembakkan senjata api mereka beberapa kali," kata jaksa.
Sekitar 14 selongsong peluru ditemukan tempat kejadian perkara. BBC melaporkan dua telepon genggam dan salinan Al-Quran, serta dua pisau lain di dalam tas milik pelaku, juga ditemukan di lokasi kejadian.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lokasi penikaman di Gereja Notre Dame, Nice, Prancis, 29 Oktober 2020. Seorang pria bersenjata tajam membunuh tiga warga di lokasi tersebut. REUTERS/Eric Gaillard/Pool
Kepala jaksa anti-teroris Prancis mengatakan penyerang, yang terluka parah oleh tembakan polisi, sedang dirawat di rumah sakit, Al Jazeera melaporkan.
Pelaku tidak terdaftar oleh polisi Tunisia sebagai daftar orang yang dicurigai sebagai "militan" sebelum dia meninggalkan negara itu pada September, kata seorang pejabat pengadilan Tunisia.
Brahim Aouissaoui meninggalkan Tunisia dengan perahu pada 14 September dan tiba di Nice pada Rabu, kata pejabat pengadilan Tunisia bernama Mohsen Dali.
Polisi sedang menanyai keluarganya di kota pelabuhan Sfax, kata sumber keamanan Tunisia, Reuters melaporkan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Prancis "tidak akan menyerah pada terorisme" setelah penyerangan tersebut.
Awal bulan ini, guru bahasa Prancis Samuel Paty dipenggal di siang hari bolong setelah menampilkan kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan majalah Charlie Hebdo di kelas.
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Prancis dan dunia Muslim atas pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini di mana dia mengatakan Islam berada dalam "krisis", dan mendukung kartun Nabi Muhammad sebagai kebebasan berekspresi Prancis setelah pembunuhan Samuel Paty.
Sumber:
https://edition.cnn.com/europe/live-news/nice-knife-attack-dle-intl/index.html
https://www.aljazeera.com/news/2020/10/29/two-dead-in-french-city-nice-several-hurt-live-news
https://www.reuters.com/article/france-security-nice-suspect-int-idUSKBN27E390
https://www.bbc.com/news/world-europe-54736277