TEMPO.CO, Jakarta - Ketua NATO Jens Stoltenberg memerintahkan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan untuk menenangkan konflik di Nagorno-Karabakh, wilayah yang diperebutkan Armenia dan Azerbaijan. Turki diminta menggunakan pengaruh besarnya untuk menenangkan ketegangan.
"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya permusuhan. Semua pihak harus segera menghentikan pertempuran dan mencari jalan ke depan menuju resolusi damai," kata Stoltenberg setelah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu seperti dikutip dari Arab News, 6 Oktober 2020.
Erdogan bukannya mendengarkan perintah Stoltenberg, di mana Turki merupakan anggota NATO. Beberapa menit sebelum berbicara dengan bos NATO itu, Erdogan malah mendesak Azerbaijan untuk tetap bertempur hingga Nagorno-Karabakh didapatkan kembali setelah perang dengan Armenia di awal tahun 1990 yang menewaskan 30 ribu orang.
"Kami, Turki, menyatakan kami selalu di pihak Azerbaijan.Selama masalah Karabakh tidak terselesaikan, konflik di wilayah ini tidak akan mungkin diakhiri," kata Erdogan.
Seth J. Frantzman, direktur eksekutif Middle East Center for Reporting and Analysis mengatakan pernyataan Stoltenberg tidak biasa dengan memerintahkan Turki menenangkan situasi di Nagorno-Karabakh.
"NATO dulu tampak tak berdaya di hadapan Turki yang melakukan serangan ke Suriah yang mengakibatkan penderitaan massal warga sipil," kata Frantzman.
Turki juga memasok tentara bayaran ke Suriah. Dan jangan lupa, kata Frantzman, bahwa Turki boleh jadi menggunakan radar buatan Rusia untuk melacak pesawat perang Yunani.