TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan yang tak kunjung usai di Nagorno-Karabakh membuat negara-negara tetangga gerah. Mereka khawatir konflik yang terjadi melebar, menjadi perang yang lebih besar. Rusia dan Prancis menjadi negara kesekian yang mendesak keduanya untuk melakukan gencatan senjata.
Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menelpon kedua kubu. Mereka berencana menggelar negosiasi gencatan senjata sesegera mungkin untuk mengendalikan situasi di Nagorno-Karabakh.
"Vladimir Putin dan Emmanuel Macron telah mengontak kedua kubu yang berperang, meminta mereka gencatan senjata seutuhnya, menahan diri, dan meredakan tensi," ujar keterangan pers Kremlin, Pemerintah Pusat Rusia, Kamis, 1 Oktober 2020.
Untuk memastkan kedua kubu mau bernegosiasi, Kremlin menyatakan bahwa baik Rusia maupun Prancis telah menyusun sejumlah parameter damai. Hal itu untuk memastikan negosiasi berjalan lancar dan kedua kubu merasa mendapat perlakuan adil.
Diberitakan sebelumnya, baik Armenia maupun Azerbaijan ogah untuk melakukan gencatan senjata. Mereka mengaku baru mau berhenti apabila kubu lawan dengan sukarela menghentikan serangan. Karena kedua kubu saling tuduh atas pertempuran di Nagorno-Karabakh, gencatan menjadi sulit terjadi.
"Jika Armenia memenuhi permintaan kami (menghentikan serangan), maka pertempuran dan pertempuran darah akan berakhir, damai akan tercipta di Nagorno-Karabakh," ujar Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengaku ogah berbicara soal negosiasi. Menurutnya, hal itu tak pantas dibicarakan di tengah-tengah pertempuran dengan Azerbaijan.
Di Nagorno-Karabakh, yang dikuasai Armenia, warga-warga pria sudah masuk ke kamp rekrutmen untuk bergabung dengan pasukan yang bertempur. Hal itu mengingat hukum militer telah diterapkan. Adapun pemimpin Karabakh, Arayik Harutyunyan, mengatakan Armenia bersiap untuk skenario perang jangka panjang.
Per berita ini ditulis, jumlah korban pertempuran di Nagorno-Karabakh sudah lebih dari 100 jiwa. Armenia mengklaim kehilangan 104 pasukan dan 23 warga sipil. Azerbaijan melaporkan 130 prajuritnya meninggal dan 200 luka-luka.
ISTMAN MP | AL JAZEERA