TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengritik keterlibatan tiga negara besar dalam menengahi konflik Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia.
Ketiga negara itu adalah Amerika Serikat, Prancis dan Rusia, yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama dan Keamanan di Eropa atau OSCE Minks Grup, yang terbentuk pada 1992.
Grup ini dibentuk untuk memfasilitasi konflik tiga puluh tahun ini, yang memperebutkan wilayah pegunungan.
Erdogan menyampaikan ini dalam pidato di parlemen Turki pada Kamis, 1 Oktober 2020.
“Karena AS, Rusia dan Prancis telah mengabaikan masalah ini selama 30 tahun, maka tidak bisa diterima mereka terlibat dalam upaya mencapai gencatan senjata,” kata Erdogan seperti dilansir Reuters pada Kamis, 1 Oktober 2020.
Erdogan menambahkan proses gencatan senjata yang abadi bisa terjadi hanya jika pasukan pendudukan Armenia menarik diri dari Nagorno-Karabakh.
Pernyataan Erdogan ini bisa menambah ketegangan dengan sekutu NATO. Rusia juga memiliki kepentingan terkait konflik ini karena memiliki pangkalan militer di Armenia, yang mayoritas beragama Kristen.
Sedangkan Turki merupakan sekutu dekat Azerbaijan, yang mayoritas Muslim, dan telah menyatakan siap membantu jika bantuan militer dibutuhkan.
Nagorno-Karabakh memisahkan diri dari Azerbaijan lewat perang 1991-1994, yang menewaskan sekitar 30 ribu orang. Wilayah ini tidak diakui secara internasional sebagai negara merdeka.
Sumber: